Kegiatan Bercerita dengan Foto Jadi Menyenangkan dengan ID Photobook

6 comments
Kegiatan Bercerita dengan Foto Jadi Menyenangkan dengan ID Photobook


Dulu, sekitar tahun 2009-2010 saat saya menjadi pengajar di sebuah taman penitipan anak atau daycare, ada kegiatan yang tak pernah membosankan bagi anak-anak saya di sana.

Kegiatan itu adalah bercerita dengan foto.

Ide dasarnya saya lupa dari mana. Tapi sewaktu browsing ide kegiatan dengan anak-anak balita, saya menemukan sebuah tulisan tentang asiknya bercerita dengan foto.

Saya lalu meminta ke para orangtua untuk meminjamkan foto aktivitas anak-anaknya  di luar daycare jika bentuk fotonya cetak, atau saya meminta file foto jika bentuknya digital.

Beberapa orangtua menyambut permintaan saya dengan senang. Kebanyakan dari mereka akhirnya memberikan ke saya file foto kegiatan anak-anak mereka.

File-file foto tersebut lalu saya masukkan ke dalam netbook, dan saya tunjukkan ke anak-anak sebagai bagian dari kegiatan di daycare.

Anak yang memiliki foto dan kebetulan sedang saya tunjukkan ke teman-temannya, akan saya minta bercerita. Biasanya pertanyaan saya seputar tentang: foto itu diambil di mana, si anak waktu itu sedang apa, bersama siapa, dan pertanyaan lainnya yang saya kembangkan dari pertanyaan dan jawaban anak.

Hari demi hari, saat aktivitas ini saya lakukan dengan anak-anak di taman penitipan anak, saya amati, ternyata ada beberapa manfaatnya lho.

1. Anak berlatih berani bicara

Saya paling suka kalau foto yang sedang saya tunjukkan ke anak-anak adalah milik anak yang punya karakter suka lebih banyak diam selama di daycare.

Misalnya ada seorang anak bernama Tiara yang kelihatannya pendiam. Tapi lewat kegiatan yang salah satunya bercerita dengan foto, mau tidak mau, ia jadi dimotivasi untuk berani bicara di depan teman-temannya.

Seiring waktu, kegiatan-kegiatan seperti bercerita dengan foto ini ternyata memang memiliki dampak positif buat Tiara. Anak yang dulunya suka datang lalu memilih memegang botol dotnya di pojokan ruangan, lambat laun, saya melihatnya sebagai seorang Tiara yang berani bermain bersama serta bicara ke orang lain.


2. Anak berlatih bercerita

Kemampuan anak untuk bercerita adalah penguasaan lebih lanjut dari berani bicara. Saat anak diminta untuk bercerita, saya kerap membimbing mereka untuk bisa mengemukakan sesuatu dengan runut dan jelas.

Ada anak bernama Salma yang orangtuanya kerap memberikan foto paling banyak dibandingkan anak-anak lain.

Yang menyenangkan bagi saya dan teman-temannya Salma adalah, foto-foto Salma ini berasal dari berbagai tempat berikut aktivitas yang beragam.

Jadi, bapaknya Salma memang kerap mengajak keluarganya untuk kegiatan di alam terbuka atau rekreasi ke banyak tempat. Sebagai orang yang dasarnya memang mengerti pendidikan, orangtuanya Salma ini memang sengaja menjadikan kegiatan jalan-jalan tersebut sebagai ajang belajar anak-anaknya.

Salma menjadi anak yang akhirnya paling sering saya minta bercerita tentang kegiatan dan tempat yang ada di foto-fotonya.

Tak hanya anak yang memiliki foto saja yang punya kesempatan untuk bercerita. Nisa misalnya, teman Salma yang hobi bercerita ini paling suka membuat cerita karangannya sendiri dari foto yang dilihatnya.

3. Anak berlatih untuk mengamati

Kegiatan melihat foto juga membuat anak untuk terlatih mengamati dengan teliti foto yang sedang dilihatnya.

Misalnya jika fotonya tentang harimau di kebun binatang, anak-anak bisa mengamati foto tentang bagaimana ekspresi harimaunya, apa yang sedang dilakukan hewan tersebut, bagaimana kondisi kandangnya, dan sebagainya.


4. Anak berlatih untuk berpikir kritis

Tak hanya mengamati. Biasanya, saya juga kerap memancing kemampuan kritis anak-anak.

Misalnya jika foto macannya sedang duduk, saya suka bertanya ke mereka, kenapa macannya kok cuma duduk saja? Dan terkadang, cara ini malah memunculkan daya imajinasi anak-anak untuk menjawabnya.

Tapi biasanya, saya juga akan menggiring anak-anak untuk berpikir logika dari foto-foto yang sedang mereka lihat.

5. Anak berlatih menyimak atau mendengarkan

Yang namanya anak-anak, kadang ada juga yang hobinya bicara dan jumlahnya tidak hanya satu dua. Nah, anak-anak ini kadang suka saling bersaing bicara dan tidak mau mengalah dengan temannya yang lain.

Jadi, biasanya saya akan meminta mereka untuk mendengarkan dulu apa yang sedang temannya bicarakan sehingga tidak saling gaduh satu sama lain.

Foto kenangan saat di daycare
Foto kenangan saat di daycare yang saya simpan di Facebook. Yang baru saya sadari, saya sudah tidak menyimpan file aslinya lagi di perangkat manapun!

Tuh, ternyata lumayan punya arti penting juga ya keberadaan foto bagi aktivitas dan perkembangan kemampuan anak.


Gara-gara ingat kenangan saat mengajar di taman penitipan anak, saya baru sadar kalau keluarga kecil saya belum punya satu pun album foto lho! Termasuk foto saat saya dan suami menikah dulu.

Jadi sejak awal menikah hingga sekarang punya satu anak, kami hanya menumpuk file foto saja di dalam netbook dan external hard disc.

Padahal, orangtua saya saja dulu sampai punya beberapa album foto besar yang isinya foto-foto orangtua saat menikah sampai foto-foto saya dan adik waktu kecil.

Album foto itu di kemudian hari punya banyak manfaat. Selain yang utama sebagai tempat menyimpan dan mengingat kenangan, album foto juga jadi sarana saya, orangtua, dan kerabat untuk berkomunikasi dan saling bercerita.

Sayang, nasib album foto itu jadi agak nggak karuan karena ulah saya yang mencopoti beberapa foto dari album.

Belajar dari kejadian itulah makanya saya agak malas kalau disuruh cetak foto dan cetak album foto.

Tapi kalau kata teman saya...



Tuing, tuing, kok ya bener ya?!

Tapi apa bedanya antara album foto dengan photobook ya? Eh ternyata, ada bedanya lho.

Kalau album foto kan foto-foto kita ditempel di album lalu dilapisi plastik. Sedangkan kalau photobook, ya bentuknya kayak majalah yang isinya foto-foto begitu. Nggak ada yang namanya foto cetakan lalu ditempel di album dan bisa dilepas atau pasang lagi.

Photobook punya banyak kelebihan dibandingkan dengan album foto.

Perbedaan antara album foto dan photobook
Sumber foto: Pixabay dan ID Photobook

Lalu kalau ada bentuk file, kenapa harus dicetak? Apa nggak jadi tambah pengeluaran uang?

Sebetulnya ada beberapa pertimbangan lho, kenapa cetak foto apalagi dengan photobook masih lebih perlu jika dibandingkan menyimpannya dalam bentuk file.

Media penyimpanan file memang banyak. Kalau file foto di hp atau kamera kita tidak mau hilang atau rusak ketika perangkatnya kenapa-kenapa, kita bisa menyiasatinya dengan memindah-simpan file foto tersebut ke laptop, netbook, komputer, external hard disc, atau bahkan lewat media penyimpanan dunia maya seperti di google drive.

Tapi, kan ada momen-momen tertentu di mana kita ingin melihat atau menunjukkan ke orang lain foto-foto tersebut. Misalnya seperti aktvitas yang saya lakukan dengan anak-anak di daycare.

Nah, itu dia perlunya keberadaan photobook. Kita nggak perlu repot dan tinggal membawanya ke mana-mana.

Apalagi wujud fisik photobook tidak mudah rusak termasuk tidak gampang kena air, dan bentuknya enak untuk dibawa.

Lalu di mana ya kalau mau bikin photobook? Yuk sini, kita kenalan bareng-bareng sama idphotobook.

Misalnya nih, kita mau bikin photobook. Caranya tinggal seperti ini saja kok:
- Buka situs ID Photobook. Ada layanan di androidnya lho, di Store ID Photobook. Bisa buka di Google Play.
- Kalau segala urusan registrasi kelar, langsung pilih album yang diinginkan.
- Setelah itu, kita lakukan transaksi pembayaran. Harganya murah tapi berkualitas kok. Malah lebih murah dari pada bikin album foto.
- Kemudian kirim file foto yang mau dijadikan photobook. Cara seperti ini mudah dan praktis kan. Fotonya bebas terserah kita. Jumlah foto yang bisa dimuat di photobook ini bisa antara 38 sampai 75 foto, tergantung ukuran album yang sudah dipilih sebelumnya.

Cara bikin photobook di ID Photobook ini punya banyak kelebihan.

- Nggak perlu repot keluar rumah. Nggak perlu ke tempat cetak foto sampai antri segala. Kan sekarang zamannya serba online. Kita juga bisa self service dan nggak ada yang namanya slow respon. Proses pembuatannya pun kilat.

- Cetakan fotonya mewah dan berkelas seperti tampilan majalah.

- Photobooknya tahan lama dan tahan air. Satu-satunya yang menggunakan hard board dengan lapisan lean master grade A. Terus, di tiap halamannya pakai mate paper high quality 150 gram.

- Desain layoutnya cakep karena digarap sama orang yang profesional di bidang layout. Desainnya ada yang bertema travelling, anniversary, tema anak-anak, sampai tema wedding. Mau yang layoutnya sama kayak punya artis juga bisa.


Contoh photobook di ID Photobook
Contoh photobook di ID Photobook
- Harga lebih murah dari pada cetak foto biasa. Ada diskon langsung 20 persen buat segala ukuran. Malah hasilnya lebih berkualitas lagi.

- Pst… katanya CS-nya ramah dan siap direpotin lho! Hahaha… Nggak perlu nunggu CS memproses orderan.

- Ada garansinya. Kalau setelah dikirim ke kita tapi kita nggak puas karena nggak seperti yang kita pesan, rusak, atau cacat produksi, ID Photobook akan mencetaknya lagi. Gratis.

- Buat yang di area Jawa dan Bali, free ongkir untuk pengiriman albumnya. Sedangkan untuk yang di luar area itu, ada potongan harga pengiriman. Ada jaminan lebih cepat sampai rumah.

Jadi pada kepikir untuk bikin photobook nggak? Kalau saya sih iya. Nggak tahu kalau Mas Anang (*Lhah kenapa jadi bawa-bawa nama juri acara pencarian bakat menyanyi ya?) Hahaha…

Apalagi kalau bicaranya kembali ke topik tentang asiknya kegiatan bercerita sambil melihat foto dengan anak-anak. Dengan photobook, nggak perlu repot lagi ada acara harus lihat hp atau perangkat seperti laptop. Tinggal tenteng dan buka photobook saja.

Lalu kalau cetak foto di idphotobook, tampilannya cakep dan enak dibawa, nggak mudah rusak, kitanya nggak khawatir kalau ketumpahan air. Kegiatan bercerita bersama anak-anak dengan foto jadi menyenangkan deh dengan photobook buatan ID Photobook.

Yuk CETAK FOTO ONLINE MUDAH DENGAN ID PHOTOBOOK.


Related Posts

6 comments

  1. Wah sepertinya cara ini juga bisa melatih anak untuk berani berbicara di depan umum ya Mbak ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mas. Anak jadi reflek cerita atau saling bercerita jadinya. Tapi kadang ada juga tipe anak yang dengan cara ini, masih harus dipancing dulu keberaniannya :D

      Delete
  2. Aku lagi bikin project album foto mba cuman kendalanya males ke tukang foto baca ini jadi mudah y mba harganya juga terjangkau :) sukses y mb lombanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, bisa modal hp dan transaksi online saja. Simpel. :)

      Delete
  3. Wow keren, yaa.

    Orangtua saya dulu juga rajin nyimpan foto-foto. Saya juga dulu tapi sampai anak pertama saja haha. Sekarang aling nyimpan di laptop atau blog khusus. Pakai Photobook di ID Photobook ini keren juga rupanya, ya. Boleh nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau saya fatalnya dari sejak nikah nggak punya album foto Mbak. Numplek blek di laptop. Hehehe...

      Delete

Post a Comment

Popular