Lima Hal yang Bisa Anak Dapatkan dari Kegiatan Corat-coret

Post a Comment
Lima hal yang bisa anak dapatkan dari kegiatan corat-coret


Dulu sewaktu saya mengajar di sebuah taman penitipan anak, saya pernah mengajak mereka bermain corat-coret alias menggambar.

Medianya mulai dari kertas, sampai tembok, lho!

Yang namanya anak-anak, tentu sering hasil gambarnya absurd alias tidak bisa dilihat wujud benda nyatanya apa.

Bahasa simpelnya, gambar benang kusut. Yang namanya warna satu bisa lari ke mana, garis coretan bisa lari ke mana juga.

Tapi, jangan tertawakan atau pandang sebelah mata dengan kegiatan ini berikut hasil dari si kecil.

Pasalnya, kegiatan corat-coret ini bisa melatih anak tentang beberapa hal, lho.

1. Melatih imajinasi

Pernah suatu ketika setelah saya mengajak anak-anak di taman penitipan anak waktu itu, saya tanyai mereka, apa judul dari lukisan mereka.

Awalnya beberapa anak yang kebanyakan berusia tiga hingga empat tahun itu kebingungan. Mereka hanya terpikir asal corat-coret.

Eh, nggak tahunya bu gurunya malah nanya apa judulnya. Bingung deh merekanya!

Tapi ada satu anak yang kemudian menjawab. Kembang api.

Sejenak saya tertegun melihat hasil coretannya.

Iya juga sih. Kalau dipikir-pikir, coretan semrawut warna-warni di kertas yang ia pegang itu memang mirip kemeriahan kembang api.

Melihat hal itu, teman-temannya juga nggak mau kalah. Apalagi setelah saya memuji si anak yang berhasil duluan menjawab tadi.

Jadilah yang lain berlomba-lomba dengan jawaban: sapi, taman, kerbau, sampai Power Rangers.

Saya tersenyum sambil mengamati gambar setiap anak. Padahal kalau dibandingkan dengan gambar si anak yang pertama menjawab, asli, nggak ada bedanya.

Tapi saya pikir waktu itu, oke, marilah kita berimajinasi dengan suka hati. Toh para pelukis terkenal yang gambarnya sering abstrak pun bisa memberikan judul lukisannya dengan sesuatu, yang menurut saya, juga tidak nyambung.

Mungkin, judul sapi dkk tadi adalah judul desakan karena anak-anak ini juga ingin diakui. Maklumlah, anak balita.

Tapi di kesempatan lain, siapa tahu mereka makin memiliki arah akan setiap coretan yang mereka buat. Tidak lagi membuat sapi yang sebetulnya adalah kembang api.

Kegiatan corat-coret bisa melatih imajinasi
Komik karya keponakan saya, Rafa. Anak ini makin hari makin punya majinasi tinggi yang kerap ia tuangkan dalam bentuk komik.


2. Mengenal warna

Tentu, yang namanya corat-coret menggunakan alat tulis atau pewarna aneka warna.

Di usia balita, kebanyakan anak memang masih belum mengenal warna. Mereka hanya tahu mengambil alat warna, menorehkannya, lalu terpikir warna apakah itu pas atau tidak dipadankan dengan warna yang lain.

Buat beberapa anak, meski balita, ada lho yang sudah mahir padu padan warna berdasarkan pantas tidak pikirannya saja tanpa ia tahu nama warnanya.

Nah kalau yang seperti ini, bisa jadi itu karena bakat. Dan kegiatan corat-coret inilah yang akan mengasah kemampuannya.

Bagi anak lain, kegiatan corat-coret bisa didampingi orang dewasa yang akan menyebutkan warna dari setiap yang dipilih anak.

Bila kegiatan ini sering dilakukan, anak pun jadi mudah menghapal nama warna.

Kegiatan corat-coret sekaligus mengenal warna
Kay saat usia 16 bulan sudah mulai mengenal alat tulis yang sekaligus membuatnya mengenal warna.


3. Menstimulus kemampuan gerak jari

Kegiatan corat-coret bisa masuk ranahnya motorik halus. Anak distimulus untuk menggerakkan jari jemarinya.

Coba deh amati, ada lho anak yang meski masih berusia kurang dua tahun, tapi ia sudah bisa memegang alat tulis seperti cara yang seharusnya.

Ada juga yang masih memegang alat tulis dengan menggenggam penuh. Mirip seperti orang memegang tombak.

Tapi apapun itu, biarkan saja mereka mengenal alat tulis dulu dan menggunakannya sesuai dengan kemampuan mereka.

Sekali lagi, karena kegiatan ini untuk menstimulus motorik halus mereka.

Lalu, kapan mereka belajar cara yang benar?

Saya sendiri sih lebih memilih untuk mencontohkan cara memegang alat tulis dengan mendampingi mereka mencorat-coret.

Untuk jenis anak visual, biasanya mereka mudah menirunya.

Kalau kita sedang berhadapan dengan anak yang mudah diarahkan, bisa juga kok kita bantu mereka membetulkan cara memegang alat tulis. Tentu, sifatnya bukan paksaan.

Kegiatan corat-coret melatih motorik anak
Saat usia dua tahun empat bulan, gerakan tangan Kay sudah makin mahir memegang alat tulis karena kebiasaan bermain dengan alat tulis.


4. Sarana rekreasi anak

Corat-coret sesuka hati bisa jadi cara anak untuk bermain. Tentunya bisa jadi ajang rekreasi atau hiburan bagi anak.

Kegiatan corat-coret bisa menjadi sarana rekreasi.
Rafa menggambar untuk membuat pola wayang kertas.


5. Melatih konsentrasi

Untuk tipe anak pemikir, yang sudah terpikir warna apa enaknya dipadukan dengan warna apa, corat-coret hampir mejadi kegiatan yang tidak bisa sesuka hati.

Bagi anak-anak tipe ini, kegiatan menggambar kemudian bisa menjadi cara mereka untuk melatih konsentrasi.

Selain pengalaman dengan anak-anak di taman penitipan anak sebelumnya, saya juga memiliki cerita berbeda dengan anak dan keponakan saya.

Keponakan saya yang bernama Rafa, saat ini usianya hampir delapan tahun dan sudah duduk di bangku SD.

Sepanjang perjalanan Rafa dengan alat tulis gambarnya, ia memulai dari tahapan corat-coret biasa bin ngawur, mulai mengenal bentuk, dan sekarang malah ia memiliki kelebihan spasial bayang ruang.

Kemampuan spasial bayang ruang Rafa membuatnya bisa membayangkan bentuk yang sudah dia lihat, lalu menggambarkannya di atas kertas.

Kalau sekarang-sekarang ini, ia sedang hobi membuat komik. Jadi dia membuat gambar sekaligus ceritanya.

Kadang saya sampai mikir, nih anak kelak bisa diajak duet ngerjain buku cerita anak kayaknya!

Sedangkan Kay yang usianya sekarang 19 bulan adalah tipe anak visual.

Jadi ceritanya, saya suka corat-coret coloring book sambil menemani dia bermain.

Eh, nggak tahunya dia bisa menirukan cara saya memegang pensil warna.

Malah saat ini, saya harus berhati-hati jika Kay sudah menggenggam alat tulis. Dia paling nggak bisa lihat tembok nganggur.

Walhasil, saya biarkan ia untuk mencorat-coret di tembok kamarnya.

Pasti pada punya pengalaman seru juga kan dengan aksi corat-coret si kecil? Yuk, cerita yuk…


Related Posts

Post a Comment

Popular