Berkenalan dengan penyakit ini rasanya seperti ketemu musuh setahun sekali. Jika dihitung-hitung, kedua anak saya selalu mengalami sakit Flu Singapura setiap tahun.
“Oh, HMFD. Bosku paling benci tu kalau ada yang bilang Flu Singapura,” kata teman saya yang bekerja di konsulat Singapura di Batam.
Saya ingat percakapan dengan teman via WA beberapa hari yang lalu. Saya cerita kalau selama liburan, anak-anak saya malah tak bisa ke mana-mana karena kena penyakit ini.
Disebut flu Singapur karena awalnya Indonesia terkena virus yang sebelumnya lebih dulu mewabah di Singapura. Padahal, yang kena nggak hanya di Singapura saja lho, tapi daerah lain di dunia.
Jadi pantas saja bosnya teman saya kesal. Mungkin alasannya, lha wong sakitnya nggak hanya di Singapura kok.
Nama aslinya sebetulnya memang HMFD atau yang dalam bahasa Indonesianya disebut penyakit kaki tangan dan mulut. Penyakit ini disebabkan oleh virus.
Nyatanya meski namanya ada embel-embel flu, sakit yang satu ini nggak seperti penyakit flu pada umumnya.
Baru Sadar Mengapa Disebut Penyakit Kaki Tangan dan Mulut
Pernahkah terpikir nggak, kok namanya panjang banget ya, penyakit kaki tangan dan mulut. Kenapa kok nggak disebut sakit flu palsu, cacar bohongan, atau apa gitu.
Ternyata setelah anak-anak saya sakit, barulah saya paham alasannya. Jadi sakit yang satu ini bakal muncul di bagian tubuh yang itu saja.
Kalau kena kaki, kaki saja. Tangan, ya tangan saja. Begitu juga saat munculnya di wajah, atau mulut saja.
Gejala Flu Singapur atau HMFD
Jika saya amati, saat tubuh kita terkena virus dari penyakit ini, ritme gejalanya di tubuh adalah sebagai berikut.
1. Awalnya badan terasa lemas. Maunya tidur saja.
2. Suhu tubuh seketika naik dan tinggi. Tapi jika ditanya apakah ada bagian tubuh kita yang sakit, tidak ada. Pusing pun tidak.
3. Sempat merasa seperti pilek. Tapi seharian itu tidak ada air yang keluar lewat hidung.
4. Fase terakhir barulah muncul bintik-bintik merah di bagian tubuh tertentu.
Saat flu singapur mengenai kulit wajah, tangan, atau kaki, awalnya seperti bintik merah bekas gigitan nyamuk. Lalu, di hari-hari berikutnya bisa menggelembung dan berisi air.
Sekilas memang mirip cacar. Tapi jika diperhatikan, aslinya beda. Kalau cacar, bentolnya lebih besar, dan isi airnya pun lebih banyak.
Sedangkan jika kenanya di mulut, awalnya bagian dalam mulut akan keluar bintik-bintik merah. Lalu sekitar dua hari kemudian, semua bintik tadi bisa berubah menjadi sariawan.
Kalau Pernah Kena, Bisa Kena Lagi
Dulu saya pikir kalau kena flu singapur atau HMFD, kenanya ya cuma sekali saja seumur hidup. Ternyata kok ya bisa tiap tahun.
Kalau saya amati, penyakit ini kerap menyerang anak-anak saya terutama di musim panas. Sekitar antara bulan Mei hingga Juli.
Ternyata setelah saya browsing, flu singapur atau HMFD ini bisa disebabkan oleh beberapa virus. Jadi kalau saat ini kena, bisa jadi nanti kena lagi dengan penyebab virus yang berbeda.
Aslinya tidak Perlu Antibiotik
Kalau anak dibawa ke dokter, kalau dari pengalaman saya pribadi, seringnya dokter tidak mengatakan jika anak saya kena flu singapur atau HMFD.
Pernah pas kena di wajahnya sulung saya, dikasih resepnya obat cacar. Ada salep berikut puyer. Ya kan saya heran ya, kalau cacar kok kenapa hanya di wajah. Kenapa tangan dan kakinya aman?
Lain waktu pas kena lagi dan bawa anak ke dokter, dikasih resep antibiotik. Setelah tahu kalau sakit ini karena virus, saya ya bingung. Sakitnya karena virus kok dikasih antibiotik?
Akhirnya setelah kesekian kalinya anak saya kena penyakit flu singapur atau HMFD, saya pun tak membawanya ke dokter.
- Saat suhu badannya tinggi, saya obati cukup dengan obat penurun panas.
- Saat keluar bintik dan bentol di kulit, lalu anak mengeluh gatal, saya olesi Caladine cair.
- Saat sakit ini keluar di mulut dan tenggorokan, anak saya minumkan madu murni tiga kali sehari.
- Untuk sariawan di bibir atau mulut yang bisa dijangkau, saya oleskan Aloclair Plus Gel.
- Saat sakitanya keluar di mulut ini yang agak susah. Untuk sementara anak saya sampai susah sikat gigi. Akhirnya mereka saya beri Betadine Mouthwash untuk kumur-kumur usai makan.
- Sementara untuk urusan makan, terutama sakit yang di mulut, akhirnya saya berikan makanan yang cukup lunak serta minim yang dimasak dengan cara digoreng.
- Yang terpenting, anak harus banyak minum.
Jika telaten, sakit ini sebetulnya bisa sembuh sendiri sekitar seminggu sampai 10 hari kemudian.
Tapi ya gitu itu, saat saya memutuskan tidak membawa ke dokter, komentar orang ini banyak yang menyerang berkali-kali. “Kok nggak ke dokter?”
Ya, ke dokter, lalu diberi antiobiotik, memang akan membuat luka cepat kering dan sembuh. Tapi saya memilih untuk tidak melakukannya karena melihat efek samping di pencernaan anak yang jadi suka sembelit.
Pesan saya bagi para orang tua yang anaknya kena sakit ini, plis, dijaga di rumah yang baik ya. Jangan biarkan keluar apalagi berbaur dengan anak lain.
Karena dari pengalaman saya merawat anak yang kena flu singapur atau HMFD ini, lumayan kasihan juga anaknya. Kasihan kan kalau anak lain sampai kena?
Post a Comment
Post a Comment