Belajar dengan Tehnik DTT untuk Anak yang Mudah Terganggu Konsentrasinya

Post a Comment
Belajar dengan Tehnik Discrete Trial Training yang bisa diterapkan pada anak yang mudah teralihkan konsentrasinya

Beberapa waktu lalu saat scroll video-video di TikTok, saya menemukan sebuah video bagus tentang sebuah tehnik pembelajaran. Video menarik ini saya temukan dari akun TikTok milik Rezki Achyana.

Awalnya Rezky tertarik dengan sebuah video seorang anak perempuan berjilbab yang belajar dengan seorang bapak-bapak. Saya sendiri kurang tahu juga sih, itu anak dan bapak, atau murid dan guru ngaji.

Nah, si anak ini diajari berkali-kali dengan instruksi yang sama, tapi kok ya salah melulu. Video beberapa detik yang ada di awal videonya Rezki ini malah mengingatkan saya dengan proses belajar antara saya atau abinya dengan Ais, anak sulung kami.

Yap, anak sulung kami memang unik. Untuk menerangkan sesuatu, terkadang kami harus mengulang-ulang. Meski sampai dengan instruksi yang sama, kok ya masih nggak ngerti juga.

Misalnya saat saya menerangkan konsep waktu. Sudah berulang-ulang menjelaskan kalau dalam satu bulan itu ada empat minggu, tetap saja, dia nggak kunjung hapal. Sampai saya sudah menunjukkan bentuk kalender, memberikan perumpamaan kalau bulan itu sebuah perumahan dan minggu itu ibaratnya gang di perumahan tersebut, tetap dia bingung konsep. 

Akhirnya dia mengaku, kalau dia bingung konsep antara minggu yang berarti pekan. Sementara dalam otaknya, minggu itu adalah nama hari. Lalu saat ia melihat ke kalender, kok ya hari Minggu-nya nggak selalu berjumlah empat.

Hingga akhirnya saya pun menyerah. Semoga seiring waktu dia bisa dengan caranya sendiri. Atau semoga seiring waktu, saya bisa menemukan cara lain yang lebih mudah untuk menerangkan materi waktu.


Tentang Tehnik Discrete Trial Training

Tehnik ini memberikan pembelajaran yang paling mudah untuk anak dalam satu waktu tertentu. Selain itu, tehnik ini juga tidak melibatkan aktivitas lain yang mungkin sulit bagi seorang anak.

Dalam tehnik DTT, ada sebuah pola yang berulang. Polanya adalah sebagai berikut.

1. Instruksi pertama

2. Instruksi ke dua

3. Instruksi ke tiga

4. Prompt

Yang dimaksud dengan prompt adalah bantuan yang bisa kita berikan pada anak setelah ia tidak bisa merespon dengan benar instruksi pertama hingga ke tiga. Di instruksi ke empat, saat ia masih tidak bisa, kita beri prompt, atau kesempatan pada anak agar ia dapat mengingat apa yang sudah diajarkan padanya. 

Jadi prompt ini diberikan saat anak sudah tidak bisa menjawab pertanyaan hingga tiga kali, tidak merespon, atau perhatiannya sudah teralihkan. Pemberian prompt ini sendiri minimal adalah sebanyak satu kali. 

Yang perlu diperhatikan saat pemberian prompt adalah anak harus melakukan kontak mata dengan kita. Jangan biarkan perhatiannya ke mana-mana.

Setelah anak diberi prompt atau bantuan, kita kembali mengulang instruksi satu hingga yang ke tiga. Kalau tahap ini kok ya masih salah, kata Rezky, ya beri lagi prompt pada anak. Begitu proses seterusnya hingga bisa dua atau tiga kali polanya.


Melanjutkan DTT dengan Tehnik EO

Kalau anak kemudian sudah bisa mengingat dan tidak mengulang-ulang pola DTT lagi, selanjutnya kita bisa memberikan tehnik EO atau Establishment Operation. Tehnik ini dilakukan untuk mengetahui apakah seorang anak sudah mengerti atau paham materi yang diajarkan kepadanya, atau ternyata kok ya masih butuh prompt lagi. 

Dalam tehnik EO, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Repeat

Ini artinya kita memberikan instruksi atau pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali untuk mengetes apakah jawabannya masih salah melulu atau sudah benar. 

2. Switch

Tahap ini artinya kita mengganti instruksi dengan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan aktivitas atau materi pembelajaran yang sudah ia terima. 

3. Switch back

Artinya, kita kembali ke pembelajaran awal untuk mengecek apakah ia masih ingat materi sebelumnya atau tidak. 


Tehnik DTT untuk Siapa?

Jujur saat melihat video milik Rezki, saya lalu mlihat koleksi video-videonya yang lain di akun TikToknya. Jadi, Rezki ini seorang terapis untuk anak berkebutuhan khusus. Metode DTT ini sendiri memang lebih pas untuk anak berkebutuhan khusus tersebut.

Misalnya untuk anak ADHD. Yap, anakku Ais memang memiiki kecenderungan ADHD. Konsentrasinya mudah sekali teralihkan. Ia tidak bisa fokus belajar terutama kalau ada banyak orang di sekitarnya yang menimbulkan gerak atau suara lain sehingga memancing dan memecah perhatiannya.

Yah, agak terlambat mungkin ya buat saya yang baru tahu ada metode ini. Tapi setelah tahu ilmu tehnik ini, semoga setelah ini saya bisa menerapkannya. Karena metodenya berulang-ulang, memang, butuh kesabaran untuk bisa telaten mengajarkan anak seperti Ais yang punya kadar ADHD.




Related Posts

Post a Comment

Popular