Di tulisan ini saya ingin cerita tentang
masa-masa di saat Kayyisah belum ketahuan penyakit TBnya, juga saat beberapa
bulan ia sudah diketahui terkena TB.
Sebetulnya sudah sejak sekitar umur 14
bulan, Kayyisah disarankan untuk menjalani terapi di rehab medis. Saat itu
karena perkembangan motorik kasar Kayyisah terlihat lambat.
Di umur setahun, Kayyisah sulit
tengkurap, tidak bisa duduk sendiri, apalagi untuk bisa berjalan. Tempurung lutut
kakinya saja di usia itu masih belum keras.
![]() |
Saat belum bisa jalan dan jadi jagoan ngesot ke mana-mana. |
Setelah mendapat surat rekomendasi ke
rehab medis dari dokter anak, dokter fisioterapi yang saya temui sempat
bingung. Pasalnya, suhu tubuh Kayyisah sumeng. Di masa-masa itu, suhu tubuh
Kayyisah seringkali berada di angka 38 derajat celcius.
Hingga pada akhirnya, di usia 16 bulan,
saya dan suami membulatkan tekad untuk benar-benar serius membawa Kayyisah
rutin terapi di rehab medis. Kami memilih RS Muhammadiyah Lamongan sebagai
tempat terapi.
Awalnya, Kayyisah dicek sejauh mana
kemampuan motorik kasarnya. Saat dilihat masih belum bisa tengkurap, juga belum
bisa duduk sendiri, bagian fisioterapi yaitu Pak Widodo lalu mengambil sebuah bola
besar yang setahu saya biasa dipakai untuk senam pilates.
Agak kaget juga waktu itu. Jadi,
Kayyisah diletakkan dalam posisi tengkurap di atas bola. Kemudian, bolanya digelindingkan
ke kanan, kiri, depan, dan belakang. Pak Widodo memegangi daerah punggung dekat
ke pinggul Kayyisah.
Harapannya, Kayyisah punya kemampuan
refleks untuk mengangkat badan, leher dan kepalanya saat kepala digelindingkan
ke depan. Sedangkan saat bola digelindingkan ke samping, harapannya Kayyisah
punya kemampuan refleks menahan di daerah tangan dan punggungnya.
Jelas, nangis kejer lah tu bocah
digituin. Tentunya ibu mana sih yang tega lihat anaknya nangis kejer. Tapi demi
kemampuan Kayyisah, saya dan suami tega-tegain deh. Padahal aslinya, saya
sendiri sampai harus nahan nangis selama Kayyisah menjalani proses terapi!
Pak Widodo lalu menyarankan kami untuk
beli bola seperti itu, untuk latihan Kayyisah di rumah. Lewat beliau juga, kami
memesan bola tersebut. setelah beberapa minggu, kami pun punya bola serupa
untuk latihan Kayyisah sendiri di rumah.
Nah, ayah dan ibu yang emang karakternya
sangat sayang sama cucu, juga nggak tega kalau dengar Kayyisah nangis pas saya
terapi sendiri di rumah. Kadang ayah minta saya untuk berhenti. Tapi ibu yang
juga aslinya nggak tega, justru membantu menjelaskan ke ayah kalau itu demi
kemampuannya Kayyisah.
Efek dari Kayyisah yang sering menjalani
terapi ini ternyata berbanding dengan selera makannya. Alhamdulillah, selera
makan Kayyisah jadi membaik.
Proses terapi ini terus berlangsung
dengan berbagai metode oleh terapis yang juga sesekali bergantian. Di RS
Muhammadiyah, awalnya Kayyisah ditangani Pak Widodo, sesekali dengan Bu Nurul,
dan di akhir-akhir masa terapi, Kayyisah ditangani oleh Mbak April. Rasanya terima
kasih tak terhingga deh untuk mereka yang selalu sabar menangani Kayyisah.
Terapi dengan Mbak April yang sabar dan telaten menangani Kayyisah. |
Sedangkan proses terapinya, mulai dari dipijat
dulu sebelum terapi, terapi menggunakan bola, guling, sampai Kayyisah juga
sempat punya sepatu khusus untuk terapi.
Malnutrisi
Penyebab Terlambatnya Tumbuh Kembang
Selama proses terapi, saya lumayan cukup
tambah ilmu dari para terapis yang ada di RSML, juga dari browsing dan baca
sana-sini untuk memenuhi rasa penasaran saya tentang apa yang sebetulnya dialami
oleh Kayyisah.
Ini dia beberapa hal yang jadi tambahan
pengetahuan saya selama Kayyisah terapi:
- Ternyata, anak yang telat pertumbuhan
motorik kasarnya itu berasal dari anak yang malnutrisi. Iya, kekurangan gizi!
Makna kekurangan gizi ini nggak melulu
berarti anaknya yang nggak doyan makan dan badan kurus lho ya. Anak yang melulu
doyannya susu tapi kurang makan, sampai obesitas, juga pernah ada yang datang
ke rehab medis lalu membutuhkan terapi.
- Kayyisah juga pernah diduga mengalami
gangguan saraf sehingga refleks di kakinya tidak seperti anak kebanyakan. Jadi
kalau kakinya digelitik, telapak kaki Kayyisah malah bergerak ke dalam bukan
keluar mengangkat jari kakinya.
- Sempat kepikir juga kalau Kayyisah itu kurang kalsium karena efek menyusu dari sayanya yang juga kurang kalsium.
- Di kemudian hari saat Kayyisah ketahuan
kena TB, saya pun bertanya ke terapis tentang kemungkinan kemampuan Kayyisah
seperti anak-anak seusianya. Jawabannya waktu itu cukup menenangkan. Kata terapis,
memang untuk anak yang kena TB, biasanya akan bisa jalan seiring dengan berakhirnya
masa pengobatan TB. Dan alhamdulillah, itulah yang lalu terjadi pada Kayyisah.
Diomeli
Dokter karena Anak Kena Malnutrisi
Suatu ketika saat mengambil OAT ke
dokter anak, saya dan suami ndilalah datang di hari yang dokter anaknya tidak
sama dengan dokter yang biasa menangani Kayyisah.
Waktu tahu berat badan Kayyisah yang
kurang, dokternya langsung minta untuk mengukur lingkar kepala Kayyisah dan
juga tinggi badannya.
Batin saya waktu itu, tumben banget nih!
Soalnya hingga Kayyisah umur hampir dua tahun, Kayyisah hanya sering ditimbang
berat badannya saja.
Saya sendiri waktu itu tidak pernah
membawa Kayyisah ke Posyandu. Sementara kalau di Posyandu, yang di kemudian
hari baru saya tahu, ternyata malah pengukurannya lebih lengkap. Tidak hanya
diukur berat badannya saja.
Grafik berat badan Kayyisah yang stuck di angka tujuh koma sedikit selama beberapa bulan. |
Setelah dokternya tahu hasil
pengukurannya, saya dan suami langsung diomeli bu dokternya. “Ini biasanya
makannya setiap hari sebanyak apa? Minum susu nggak? Apa, ASI saja? Umur dua
tahun lebih itu kalau bisa ditambah susu lain Bu. Apalagi anaknya kayak begini.”
Glodak! Saya cuma bisa cengar-cengir
malu. Rasanya kayak jadi ibu yang nggak becus ngurus anak banget waktu itu.
Lalu, dokternya menerangkan perihal
pemenuhan gizi yang harus terpenuhi setiap harinya untuk Kayyisah. Selain itu,
Kayyisah juga harus mengkonsumsi susu khusus yang hanya dijual di apotek.
Di kemudian hari, karena susu itu susah
didapat di Lamongan, saya meminta kira-kira merek apa ya yang bisa mudah saya
temui di pasaran. Yang mau tahu merek susunya apaan, japri aja yah.
Nah, selain jumlah nutrisi yang harus
dipenuhi saat makan, Kayyisah diharuskan minum susu setiap kali selesai makan.
Tapi faktanya, tentunya saya nggak bisa
menuruti total apa yang dikatakan dokter. Untuk minum susu, saya usahakan dua
sampai empat kali sehari dengan takaran yang juga tidak full seperti yang ada
di saran penyajian kaleng susu.
![]() |
Bisa minum susu seperti ini awalnya membutuhkan waktu hingga berbula-bulan agar ia mau minum sufor. |
Alhamdulillah, lambat laun nafsu makan
Kayyisah membaik, makin doyan minum sufor, dan tentunya efeknya jadi positif ke
pengobatan TBnya. Setelah enam bulan, Kayyisah dinyatakan selesai masa
pengobatannya.
Baca juga:
TB, penyakit yang membuat ayah berhenti merokok
TB membuat Kayyisah menjadi anak yang tak biasa
Masyallah.
ReplyDeleteBahagia banget pasti ya Bu.
Akhirnya Kayyis mengejar ketertinggalannya.
Smoga selalu sehat dan cerdas ya Kayyis
Anaknya pun akhirnya tingkat kepercayaan dirinya jadi ada Des. Sebelumnya dia minderan.
DeleteMakasih sharingnya, Mbakk
ReplyDeleteAnak saya baru 11 bulan, masih tergolong ibu baru
Jadi banyak belajar :)
Sama-sama Mbak...
DeleteSeperti anak pertamaku yang kena TB, nggak tahu dari mana, ayahnya nggak merokok juga. Ternyata sering digendong saudaraku yang pada perokok. Iya pengobatan 6 bulan dan sembuh. Kalau masalah tumbuh kembang, aku rajin ke posyandu jadi selalu update perkembangan anak.
ReplyDeleteTemen terapi anak saya juga gitu Bun. Kenanya dari tetangga. Sampai ortunya bingung dan ikut tes juga tapi hasilnya negatif.
DeleteAlhamdulillah mba, ikut sedih pas ngebayangin anak nangis karena diterapi. Semoga kedepannya Kayyisah sehat selalu yaa
ReplyDeleteAamiin... terima kasih Mbak...
DeleteAlhamdulillah mba..sekarang sudah jalan, bahkan lari2an..
ReplyDeleteYang dialami kasiyyah mirip banget ma anaknya tmnku.. dulu telat motoriknya..
Sekarang dah normal, dah kelas 4 ato 5 kayaknya..
Iya Mbak, alhamdulillah anaknya udah bisa ngejar ketertinggalannya sekarang.
DeleteTetap semangat demi buah hati tercinta ya mbak ^^
ReplyDeleteSiap Mbak. Terima kasih :)
DeleteTB ini ga pandang bulu yaaa. . Gejalanya jg ga selalu kliatan. Temenku didiagnosis TB, tp dia ga ngerasa selama ini krn ga batuk juga, ga merokok. Itu aja br ketahuan krn harus medical checkup utk ikut beasiswa. Trpaksa gagal semuanya. Dia hrs pengobatan dulu 6 bulan. Aku jd serem mba, krn kok kyknya penyakit ini silent banget :(
ReplyDeleteBener Mbak. Karena gejalanya kalau nggak nyadar, kayak sakit batuk biasa atau sakit yang lain. Eh, nggak tahunya TB yang pengobatan dan masa penyembuhannya pun harus istimewa perlakuannya.
DeleteTrmksh mba share ny.. ank sy bsk d bc tes mantoux ny.. dan 2 anak sy kaka dan abanng ny harus d cek jg kalo adik ny postf.. smg ada hikmah dr smuanya.. sehat semua ny
ReplyDelete