Mungkin bagi kebanyakan orang, melihat
foto-foto si kecil mulai dari bayi sampai dia besar adalah momen yang
membahagiakan. Tapi buat saya, rasanya itu seperti ada gumpalan berat yang
membuat napas jadi agak sesak.
Saat Kayyisah usia sekitar satu hingga dua
tahun, ia mengalami telat tumbuh kembang.
Beberapa bulan sebelum usia setahun, dia
belum bisa duduk sendiri. Tidak bisa berguling atau bahkan tengkurap. Saat anak
lain di usia setahun banyak yang sudah bisa berjalan, tempurung kaki Kayyisah
bahkan belum keras. Belum lagi tubuhnya yang terlihat kurus.
Jadi kalau dirunut, Kayyisah pernah mengalami
telat tumbuh kembang akibat malnutrisi, yang… penyebabnya adalah TB.
TB itu penyakit yang penyebabnya kuman
mycobacteruium tubercolosis. Penyebarannya lewat udara. Biasanya, TB identik
dengan penyakit paru-paru.
Untuk lebih lengkapnya, bisa baca di sini ya
tentang seluk beluk TB. www.tbindonesia.or.id. Di tulisan ini, saya akan
lebih banyak cerita tentang TB dan apa serta bagamaimana TB dialami ayah, ibu,
serta anak saya Kayyisah.
TB,
dan Keajaiban yang Kemudian Terjadi pada Ayah
Ayah saya itu perokok berat. Katanya sih,
kebiasaan itu sudah ayah mulai sejak SMP. Saya menyebutnya perokok berat karena
dalam sehari, ayah bisa menghabiskan satu bungkus rokok yang namanya terkenal
memakai urutan angka itu, hanya dalam satu hari saja.
Saat jadi perokok berat, ayah nggak seberapa
sakit-sakitan seperti perokok berat kebanyakan.
Jadi kalau ada yang menasehati rokok itu bisa
menyebabkan penyakit ini itu, ayah malah ketawa dan ngejek balik. Bahkan, saya
yang sejak merantau ke Batam dan Kalsel serta kerjanya di lingkungan yang
steril asap rokok hingga akhirnya suka sensi sama bau rokok, jadi suka berantem
dengan ayah.
Apalagi saat saya hamil yang makin menjadi
sensinya dengan bau asap rokok, makin menjadi pula tiada hari tanpa berselisih
dengan ayah yang kemudian mengalah untuk ngungsi menjauh dari rumah. Demi untuk
merokok.
Sampai suatu ketika saat bulan Ramadan, badan
ayah terlihat sangat kurus. Bukan karena puasa. Ayah sangat kehilangan nafsu
makannya. Makin hari, makin menjadi. Saat buka puasa, Ayah sering muntah-muntah
karena batuk yang seakan sulit berhenti. Suhu badan ayah pun sering tinggi.
Setelah periksa ke dokter, untuk ke sekian
kalinya ayah diminta berhenti merokok. Tapi lagi dan lagi, ayah tidak menurut.
Hanya obat dari dokter saja yang terus ayah konsumsi.
Ndilalah, makin hari makin memburuk kondisi
ayah. Kalau bisa dibilang tolak ukur, lingkar pinggang celananya itu bisa
longgar dan membuat hampir tidak ada celana yang bisa ayah pakai.
Untungnya setelah periksa ke mana-mana, setelah
melewati pemeriksaan foto rongsen sampai tes lab dahak, akhirnya ketemu
penyebab penyakit ayah. Ayah didiagnosa kena TB paru.
Kalau ada yang bertanya, kenapa sebegitu lamanya jadi perokok berat, kok baru itu kena TB? Menurut analisa dokter, saat itu kondisi daya tahan tubuh ayah sedang drop. Ditambah kondisi paru yang sudah bertahun-tahun kena rokok. Lalu ada penderita TB di dekat ayah, yang menular ke ayah.
Tak hanya perokok. Bahkan ada lho orang yang tidak merokok, tapi punya tetangga yang memiliki usaha pertukangan kayu, sering terpapar polusinya, paru-parunya jadi nggak sehat, lalu tertular TB lewat udara.
Menurut dokter paru, ayah harus minum obat selama
enam bulan setiap harinya. Jika ada satu hari saja terlupa meminum obat, harus
mengulang lagi hitungan minum obatnya dari awal.
Obat TB untuk ayah ini berasal dari
pemerintah. Jadi, dokter memberikan obat TB sekaligus kartu pantauan yang harus
selalu dibawa saat kontrol ke dokter. Kartu ini untuk mencatat tanggal
pengambilan dan jadwal pengambilan obat lagi, juga untuk mencatat berat badan.
Setelah diberi obat, nyatanya awal-awal masa
konsumsi obat membuat ayah seperti orang yang makin sakit. Sampai-sampai saya,
ibu, dan adik saat melihat kondisi ayah, rasanya kok seperti maaf, orang yang
sedang sekarat. Sedih banget lah pokoknya!
Ditambah lagi menghadapi kebiasaan baru,
tidak merokok. Wong orang kondisi biasa saja kalau disuruh berhenti merokok,
konon katanya seperti orang sakau yang harus dituruti. Apalagi sekali lagi,
ayah perokok berat.
Di kemudian hari, akhirnya ayah harus
mengkonsumsi obat TB atau OAT (obat antiTB) hampir setahun lamanya. Senang juga
saat melihat tahap demi tahap perkembangannya.
Jadi, kondisi demam menggigil itu dilewati
ayah hingga hampir satu bulan. Tapi setelah itu, nafsu makan ayah makin membaik
dan berat badan ayah juga makin bertambah.
Memang sih, dalam masa pengobatan TB, berat
badan juga jadi pertimbangan pemberian obat. Kalau bisa, berat badan harus
bertambah.
Dan saat sembuh, alhamdulilllahnya itu, ayah
benar-benar berhenti merokok. Katanya bau asapnya saja, enggak bisa!
Tekad ayah untuk berhenti merokok memang
besar. Apalagi setelah ibu dan Kayyisah juga akhirnya dinyatakan menderita TB,
tertular dari ayah.
Sakit
Kulit Ibu yang Ternyata TB Kelenjar
Kalau TB yang diderita ibu ini bisa dibilang
yang paling membingungkan. Jadi waktu itu, kulit ibu suka terlihat ada bisul
kecil-kecil. Berkali-kali dibawa ke dokter kulit dan dapat obat, hasilnya nggak
mempan. Sudah pantang makan ini itu, tetap juga tuh bisul keluar.
Sampai-sampai, ibu pernah harus dua kali
operasi karena bisul. Yang satu tumbuh di telapak tangan dan makin parah, satu
lagi di daerah payudara.
Untuk kasus yang terakhir itulah akhirnya
jadi jalan ketemunya penyakit TB ibu. Setelah dilab, ternyata hasilnya, penyebab
benjolan di tubuh ibu itu adalah karena TB.
Ibu bisa ketularan ayah karena tidur satu
ranjang, yang tentunya media penularannya adalah lewat udara. Kalau kata teman
ibu yang kerja di rumah sakit, ibu sampai kena TB kelenjar karena kondisi daya
tahan ibu yang lumayan ada. Yang diserang bukan paru-paru, tapi kelenjar.
Kalau TB kelenjar ini agak ringan. Aslinya,
ibu itu harus mengkonsumsi obat sampai enam bulan saja. Tapi entah kenapa waktu
itu sama dokternya, ibu harus mengkonsumsi obat sampai delapan bulan.
Pemberian obat TB untuk ibu juga nggak
disertai kartu dari pemerintah seperti yang ada pada ayah.
Setelah ayah dan ibu positif dinyatakan TB,
dokternya tanya, apa ada balita yang tinggal satu rumah. Dan di situlah
akhirnya segala keanehan yang terjadi pada tumbuh kembang Kayyisah mulai ketahuan
penyebabnya.
Baca juga:
TB membuat Kayyisah menjadi anak tak biasa
Penyebab malnutrisi hingga telat tumbuh kembang itu bernama TB
TB membuat Kayyisah menjadi anak tak biasa
Penyebab malnutrisi hingga telat tumbuh kembang itu bernama TB
Ya Alloh Kayyis.
ReplyDeletePerjuanganmu.
Semoga sehat selalu.
Tumbuh menjadi gadis sholihah. Cerdas ya Kayyis
Aamiin... Makasih Tante Desy...
DeleteWah ternyata meski bukan TB paru bisa kena TB yang lain juga, ya, mbak orang di sekitar penderita TB. Makasih sharingnya
ReplyDeleteIya Mbak, macamnya TB selain paru ada kelenjar dan tulang.
Deletewah TB ini hrs minum obatnya telaten ya, hrs sabar
ReplyDeleteBener Bun. Sehari aja kelewatan minum obat, harus ngulang lagi dari awal.
DeleteYa Allah mba. Aku sampai speechless.
ReplyDeleteThanks mbak infonya. Saya juga ada teman yang terkena penyakit TB cukup lumayan memprihatinkan, perokok berat. Pernah lupa minum obatnya akhirnya ulang lagi.
ReplyDeleteharus dilakukan pencegahan dini. semoga kita senantiasa sehat selalu ka. tetap jaga kesehatan ya ka
ReplyDeleteSemoga selalu dilindungi dari ragam penyakit untuk keluarga mbak Ika oleh Allah Swt. Dan jangan lupa jaga kesehatan selalu 👌
ReplyDeleteTBC memang pengobatannya panjang, butuh kesabaran dan ketekunan.
ReplyDeleteKarena kalau nggak sabar malah akan mengulang kembali
Kakak ipar saya kena TB juga BB nya turun drastis 17kg. Alhamdulillah setelah cek dan minum obat makin pulih ke sininya. Doa yg sama untuk keluargamu ya
ReplyDeleteNgeri banget bahaya merokok yang baru terjadi setelah bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun. Dampaknya bisa terkena langsung pada orang-orang yang hidup di sekitar para perokok itu. Sayangnya, rata-rata perokok baru berhenti kalau sudah terkena suatu penyakit.
ReplyDeleteDuh, sedih banget kalo baca cerita kayak gini. Jadi keinget alm. bapak. Beliau juga perokok berat. Tapi beliau diabetes. Susah banget berhentinya. Padahal sering lemes. Berbagai penyakit dan keluhan memang merongrong perokok. Semoga semakin banyak yang menyadari hal ini. Semoga kita semua sehat-sehat selalu.
ReplyDeleteturut bahagia untuk Ayah yg berkomtmen penuh berhenti merokok. apalagi sampai kini endus bau asapnya saja sdh ga tahan ya kak
ReplyDeleteItulah sebabnya pas nyri suami akhirnya gk mau yg perokok. Soalnya bapakku eyangnya anakw jg perokok. Tapi klo ada cucu2nya sih jauh2 ngrokoknya.
ReplyDeleteBaru tai kalau TB jg bisa krn asap.rokok mbak, kirain krn virus.
Alhamdulillah akhirnya berhenti merokok ya mbak, Kayyisah moga sehat2 terus yaaa
Ya Allah semoga dede Kayyisah diberi kesehatan dan kekuatan ya mba, saya ko jadi deg deg-an bacanya. Kerana suamiku juga perokok, dan berkali-kali aku minta berhenti tapi ga mau. bingung aku musti bilang apalagi. Yaahh paling bisa aku cuma berdoa dan menjaga kesehatan aja solusinya. Makasih sharing ya mba....
ReplyDeleteAsap rokok emang jahat bangetbya dan aku baru tau nih benjolan seperti ibu kamu disebabkan karena ada TB, kitain cuma kaya batuk2 aja klo TB.
ReplyDeletePeluk mbak, saya tahu gimana rasanya membersamai penderita TB, tetangga ibu saya ada yang TB dan menular sampai satu keluarga habis, akhirnya ibu saya pun kena TB. Kasus TB memang lagu tinggi, pencanangan bebas TB ternyata masih harus menempuh jalan panjang.
ReplyDelete