Banyak hal positif yang bisa dilakukan dengan teknologi AI. Salah satunya adalah konsultasi pendidikan anak secara gratis.
Yap, hal ini beberapa kali telah saya lakukan untuk kedua anak saya, Ais dan Emir. AI yang saya pakai hanyalah ChatGPT versi gratisan. Dengan bantuan AI, kegiatan membuat road map atau peta pendidikan anak hingga untuk masa depannya kelak bisa saya lakukan.
Yang Terpenting adalah Prompt
Kunci sukses penggunaan AI itu sebenarnya ada di perintah atau prompt. Semakin jelas kita memberikan instruksi pada AI, hasilnya pun akan lebih detail.
Untuk prompt, hal yang biasa saya lakukan adalah seperti berikut. Paparkan apa kondisinya sejelas mungkin, lalu berikan perintah apa yang kita inginkan.
Namun harap diingat, karena ini adalah teknologi internet, hindari memberikan hal yang jelas seperti biodata secara eksplisit. Misalnya nama lengkap, tempat tanggal lahir, wajah anak, atau nama orang tua.
Karena, AI sifatnya mereka ritme data yang diinput ke mereka. Data tersebut bisa dikeluarkan lagi suatu ketika saat orang lain memasukkan prompt dan terkait dengan data pribadi kita.
Lagi pula, kita sedang meminta saran ke AI kan. Bukan minta ke mbah dukun yang biasanya minta tanggal lahir lengkap sampai bintinya siapa atau wetonnya apa.
Intinya, memberikan prompt secara jelas itu memang perlu. Tapi bukan berarti kita harus memberi kejelasan data yang sebetulnya tidak diperlukan AI.
Contoh Konsultasi Pendidikan dengan AI untuk membuat Road Map Pendidikan Anak
Ada beberapa contoh berikut kasuistik yang bisa saya berikan berikut ini.
1. Ingin tahu bidang dan profesi yang kelak bisa anak tekuni
Terkadang orang tua bingung, antara apa yang jadi potensi anak dengan apa yang dia suka.
Bisa jadi kita meminta anak menekuni apa yang dia suka. Eh, ternyata aslinya dia nggak bakat di situ. Atau, kita mengarahkan anak yang menurut kita adalh bakatnya dia, tapi anaknya bilang nggak suka.
Nah kalau bingung seperti ini, kita bisa lho tanya ChatGPT. Promptnya bisa seperti ini:
“Anak saya memiliki hobi (sebut apa saja yang anak kita suka lakukan). Saya lihat, ia juga memiliki kemampuan (sebut apa saja yang jadi kekuatan dan kemampuan anak selama ini). Berikan informasi ke saya, apa saja bidang atau profesi yang bisa ia tekuni di masa depannya.”
Namun pesan, berikan hal yang objektif atau sesuai dengan fakta ya. Jangan sampai misalnya anaknya aslinya lemah di logika, lalu kita tulis selama ini dia jago matematika.
Jadi sebelum memberikan prompt ke ChatGPT, tugas orang tua adalah memperhatikan dengan seksama apa yang memang menjadi kondisi sesungguhnya dari si kecil.
Lalu setelah jawaban-jawabannya sudah didapat, diskusikan dengan anak. Manakah dari profesi atau bidang yang bisa ia tekuni kelak, memang ia inginkan.
Jangan sampai anaknya misal nggak mau jadi dokter hewan, eh, kita langsung putuskan dia kelak akan jadi dokter hewan.
Jadi caranya, bicarakan dulu dengan anak kemungkinan-kemungkinan yang bisa ia tekuni kelak, berikut gambaran kerjanya seperti apa saja.
2. Hal-hal yang bisa anak tekuni sejak dini
Biasanya, jawaban untuk poin ke dua ini sekaligus diberikan AI di akhir poin pertama. Atau, biasanya ChatGPT akan menawarkannya di akhir jawaban poin pertama tadi.
Namun jika tidak, poin nomor 2 ini perlu juga orang tua tanyakan pada anak. Promptnya bisa seperti ini.
“Anak saya bercita-cita ingin menjadi (sebutkan cita-citanya atau bidang yang anak tekuni kelak). Berikan saya saran, apa saja yang perlu anak tekuni saat yang menunjang cita-citanya kelak.”
Lewat prompt ini, kita juga bisa meneruskan dengan pertanyaan cara membagi waktu yang tepat setiap harinya untuk anak, berikut target pencapaian yang perlu anak kejar.
3. Membuat jadwal belajar berikut target pencapaiannya
Setelah kita tahu apa saja yang mesti anak kuasai, kita bisa juga menanyakan kepada ChatGPT perihal kegiatan harian berikut target yang perlu anak kuasai. Promptnya bisa seperti ini.
“Setiap hari anak saya bersekolah (dari dan jam berapa), ia memiliki waktu luang pada jam (tulis jam berapa saja). Sementara, ia harus menguasai bidang (sebutkan bidang apa saja yang perlu anak pelajari). Buatkan jadwal belajar setiap harinya, serta target mingguan hingga bulanan yang perlu anak saya kejar.”
Cara lain agar lebih fokus, bisa dengan cara ditanyakan satu per satu kegiatan yang mesti anak kuasai.
4. Menemukan Sekolah terbaik hingga kampus yang pas untuk anak
Urusan konsultasi pendidikan dengan ChatGPT yang pernah saya lakukan bahkan termasuk urusan mencari sekolah serta kampus yang pas untuk anak lho.
Cerita nyatanya pernah terjadi saat saya bingung mencari sekolah yang pas untuk anak pertama saya. Anaknya kelak ingin menekuni sejarah peradaban Islam di Mesir. Lalu, saya ingin dia bersekolah di institusi yang berbasis Muhammadiyah.
Dan, akhirnya saya baru tahu lho kalau ada MBS Muhammadiyah Prambanan Yogyakarta yang punya jalur AR Fakhrudin. Jadi selama ini sekolah tersebut mengarahkan siswanya untuk bisa belajar dengan kurikulum semi Al Azhar, dan anak pun bisa lanjut belajar dengan mudah di Al Azhar Mesir.
Nah, kalau para orang tua ada yang ingin melakukan hal seperti tadi, promptnya bisa seperti ini:
“Anak saya kelak ingin menekuni (sebutkan bidang, jurusan, atau profesi yang ingin anak tekuni). Sebutkan sekolah mana saja di Indonesia yang pas untuk anak saya agar kelak meraih cita-citanya tersebut. Buatkan perbandingan secara rinci, berikut keunggulan dari sekolah-sekolah tersebut.”
Prompt serupa tadi bisa kita buat juga lho jika kita ingin mencari kampus yang pas untuk anak kelak.
Mari Berjalan Bersama Anak, Bukan Mengikutinya di Belakang
Mungkin bagi yang anaknya masih kecil banget, hal seperti ini dianggap sepele. Tapi dari pengalaman yang pernah saya dapatkan, saat ada anak yang punya kekuatan di bidang tertentu namun makin hari makin tersia-siakan, saya jadi belajar, lebih baik bagi orang tua mengarahkan arah ke mana anak akan berjalan untuk mencapai kesuksesan masa depannya.
Karena dari pengalaman itu juga saya jadi sadar, mengatakan terserah dan mengikuti apa maunya anak, tak akan membantu seorang anak menemukan dan berjalan ke sebuah tujuan.
Ibaratnya, orang tua perlu berjalan bersama anak untuk tahu jalan di depannya. Bukan malah berjalan di belakang sampai kita dan anak tidak sadar ada lubang atau bahaya di depan jalan anak.
Post a Comment
Post a Comment