Mendampingi Anak Usai Perceraian Terjadi

1 comment


Kata cerai berikut kondisi perpisahan antar pasangan bukan berarti hanya menyangkut kedua belah pihak saja, yaitu ayah dan ibu. Sayangnya, tidak banyak dari pasangan yang memperhatikan bagaimana dan apa yang sedang terjadi pada anak ketika proses perceraian akan dan sedang berlangsung.

Nah, kali ini saya ingin berbagi tentang apa dan bagamana yang perlu orang tua lakukan pada anak saat kedua orang tua tersebut akhirnya bercerai. Tulisan ini merupakan hasil wawancara saya sewaktu menjadi reporter dengan Ibu Dra Evy Rakryani Psi, psikolog anak dari Batam.


Jelaskan Alasan Perceraian

            Menurut Bu Evy, semua pihak memang akan terkena dampak dari perceraian. Misalnya adanya suasana yang jadi tidak nyaman.

“Ada orang tua yang berkelahi, ya berkelahi saja. Ada yang bisa tahan di dalam dan di luar menunjukkan kepada anak kalau baik-baik saja. Tapi tetap saja, ada yang bisa ditangkap oleh anak. Mereka akan terasa,” ujar Bu Evy.

Menurut wanita yang pernah membuka praktek psikolog di Makassar ini, usia balita pun sudah bisa menangkap apa yang sedang terjadi pada kedua orang tuanya. Namun karena masih balita, mereka hanya mampu merasakan dan menangkap suasana tapi tidak bisa mengekspresikannya. Sedangkan bagi anak usia yang lebih besar, bisa jadi akan muncul pertanyaan.

Karena itu dalam mempersiapkan perceraian, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan terutama tentang psikologi anak. Satu diantaranya adalah menjelaskan alasan dari perceraian itu sendiri.

“Intinya, anak ingin sesuatu yang pasti. Kalau perceraian memang tidak bisa dihindari, orang tua harus menjelaskan kepada anak. Kumpulkan antara anak, ayah, dan ibu. Orang tua di sini harus menjelaskan keputusan mereka,” saran Bu Evy.

Kalau orang tua menghadapi anak balita, jelaskan dengan bahasa yang harus bisa dimengerti oleh mereka. Jelaskan juga bahwasanya meski bercerai, kasih sayang kedua orang tua tidak akan putus. Kedua belah pihak juga menjelaskan tentang materi yang akan tetap diberikan kepada anak.

“Penjelasannya misalnya dengan begini, ayah dan ibu setelah ini tidak sama-sama lagi. Jadi setelah ini kamu akan tinggal dengan ayah atau ibu. Jangan juga memberi harapan palsu kepada anak,” lanjut Bu Evy.

Harapan palsu di sini maksudnya adalah berjanji bahwasanya kedua orang tua mungkin suatu saat akan kembali hidup bersama. Jika janji ini sampai diucapkan, anak akan terus mengingatnya.


Ini Bukan Salah Kamu

Masalah perceraian yang sedang dihadapi oleh orang tua tentunya juga akan membuat anak terus memikirkan kondisi yang sedang menimpa kedua orang tuanya. Jangankan anak yang masih usia kecil, mereka yang sudah usia besar pun ada juga yang akan mencetuskan pemikiran bahwasanya perceraian itu adalah karena kesalahan mereka.

“Kadang kan bisa tuh misalnya dari masalah anak dapat nilai jelek, kemudian ayah menyalahkan ibu yang kurang mengawasi. Nah di sini anak jadi berpikir ketika kedua orang tua mereka bercerai, kemungkinan itu terjadi karena saya nakal,” ujar Bu Evy.

Saran dari wanita yang pernah tujuh tahun hidup di Amerika Serikat ini adalah dengan menerangkan kepada anak bahwasanya ini bukan kesalahan mereka. Hal ini bertujuan untuk menghindari perasaan terpukul dari anak.

Agar anak tidak terus menerus merasa bersalah, tetap berikan perhatian yang tidak berubah dari kedua belah pihak orang tua. Intinya biar bagaimanapun, dalam kasus perceraian, orang tua harus ingat bagaimana perasaan dan kepentingan anak.

 “Orang tua boleh memikirkan masalah tapi jangan tenggelam. Bagusnya, orang tua harus sama-sama dewasa. Orang tua cepat ambil sikap dan juga tetap fokus pada anak,” ujar wanita lulusan psikologi Universitas Padjajaran Bandung.

Jadi sebelum kata cerai, pikirkan dahulu apa yang lebih baik dan buruk apa yang akan terjadi. Orang tua juga harus tetap menguasai emosi, perasaan, maupun pikiran.


Jangan Jelek-jelekkan Pasangan

Meski telah berpisah bukan berarti anak hanya boleh memilih satu orang tua dan mencurahkan serta menerima kasih sayang dari satu orang tua juga. “Bagaimanapun anak butuh ayah dan ibu. Jangan putuskan hubungan anak dengan orang tua yang satunya,” ujar Bu Evy.

Di sini, butuh pula kepekaan orang tua untuk mengerti apa yang dibutuhkan anak akan perasaannya. Orang tua yang memiliki hak asuh anak boleh memberitahukan tentang pasangannya namun bukan berarti menjelek-jelekkannya.

“Kalau kita memburuk-burukkan mantan pasangan kita, anak jadi ada dalam posisi dituntut untuk memilih. Biarkan mereka melihat dan tahu sendiri sehingga bisa mengambil keputusan sendiri,” lanjut Bu Evy yang menyarankan adanya kebijakan orang tua untuk menyampaikan hal ini.


Pasangan yang Pergi dan Melupakan

Ini sebetulnya catatan tambahan dari saya sendiri, hasil melihat kondisi beberapa teman yang bercerai dengan pasangannya. Kalau yang seperti diuraikan oleh Bu Evy, memang itu adalah kondisi idealnya. Bisa dibilang, sangat jarang pasangan bercerai yang kehidupannya seperti Deddy Corbuzier dan mantan istrinya, Kalina.

Namun kenyataannya di luar sana, tidak sedikit pasangan yang berpisah lalu memilih melupakan mantan pasangan bahkan anak kandungnya sendiri! Kebanyakan kasus yang saya temukan, pihak ayah lah yang pergi dan tidak lagi peduli pada kehidupan mantan istri serta anaknya.

Meski mantan istri telah memberi pengertian dengan baik tentang ayah dari anak-anaknya, tapi di balik itu, ada hati mantan istri yang sedih elihat mantan pasangannya yang tidak lagi peduli. Apalagi anak-anak yang merasa diabaikan oleh ayah kandungnya sendiri.

Tapi apakah anak-anak ini lantas menjadi anak nakal? Nyatanya di beberapa kasus yang terjadi pada teman saya, hal itu tidak terjadi. Yang saya perhatikan, anak-anak ini tetap tumbuh dan berkembang bahkan menjadi anak-anak berprestasi.


Kuncinya ada pada sosok ibu yang terus mencurahkan kasih sayang, memberi motivasi dan segala hal positif, sehingga anak tetap terus menjadi anak baik. Meski tanpa kasih sayang ayah yang bahkan tidak peduli lagi dengan mereka.

Related Posts

1 comment

  1. Benarlah adanya ungkapan ada mantan suami/istri, tapi tak ada yang namanya mantan anak.
    Walau sudah bercerai, selayaknya anak tetap berhak mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya, namun nyatanya banyak orang tua yang melupakan anaknya setelah bercerai

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular