Setelah sekitar delapan tahun, akhirnya token
Bank Mandiri saya mati. Baterainya habis. Dan uniknya, saya nggak pernah
terpikir kalau urusannya sampai harus ke bank segala.
Jadi waktu kenal yang namaya token, saya
pikir kalau alat tersebut baterainya habis, ya tinggal ganti saja baterainya di
tukang servis jam tangan. Eh ternyata setelah browsing, saya baru tahu jika
kita nggak bisa asal ganti baterai token tersebut.
Awal tanda-tanda baterai token habis itu
mulai terlihat saat ada seperti noda di bagian tepi bawah layar. Semula saya
pikir, apa mungkin ada kotoran masuk kali ya? Tak berapa lama kemudian, ada
lagi seperti titik noda yang muncul di bagian tepi atas layar.
Hingga suatu ketika saat saya ingin transfer dana
ke rekening tabungan ibu, token itu mati. Meski saya tekan tombol secara asal,
tetap saja token tersebut tidak bisa aktif. Dah lah fixed, saya yakin token ini
sudah habis baterainya.
Kemudian saya browsing di internet berniat
ingin mencari tahu, kalau baterai token ini habis, harus diganti baterai
lithium tipe apa ya? Eh ternyata, nggak bisa asal ganti baterai token lho.
Untung saja waktu itu saya sedang tidak ingin
melakukan transaksi yang sangat penting. Karena tidak ada keperluan mendesak
dalam waktu dekat dan kesempatan ke bank yang juga belum ada, baru sekitar dua
mingguan akhirnya saya bisa mengunjungi Bank Mandiri.
Sebelum ke bank, saya mendapat informasi dari
hasil browsing jika ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan jika ingin
mengurus token, di antaranya: buku tabungan, kartu ATM, KTP, dan tentunya token
yang sudah rusak.
Untungnya saat ke sana, antrian untuk
menghubungi bagian customer services alias CS sedang tidak banyak. Tak sampai
15 menit, nomor urut saya sudah dipanggil oleh pihak CS.
Kata mbaknya, untuk penggantian token, saya
mesti bayar 100 ribu lewat teller. Awalnya sih diminta bayar cash. Tapi karena
malas mengurangi uang cash yang rencananya mau saya oper ke tabungan Kayyisah,
akhirnya saya minta untuk mengambil debit dari tabungan Mandiri saya saja.
Akhirnya mbak CS-nya meminjam buku tabungan
dan kartu ATM saya. Setelah menulis form, ia pun yang beranjak menuju teller.
Alhamdulillah pikir saya, tinggal duduk anteng saja nih.
Sambil menunggu urusan di teller, saya lalu
diminta duduk menunggu di bagian lain. Bahasa alusnya, saya diminta
meninggalkan mbak CS untuk menunggu urusan di teller.
Di teller prosesnya juga simpel. Tak sampai
sepuluh menit saya sudah dipanggil teller, diminta tanda tangan form yang tadi,
lalu buku tabungan, kartu ATM, dan token lama saya dikembalikan. Saya kembali
diminta untuk menemui bagian CS.
Karena mbak CS yang tadi melayani saya sedang
menghadapi customer lain, akhirnya saya dipanggil oleh mbak CS yang lain. Urusan
dua mbak CS ini menurut saya unik dan ada ceritanya sendiri lho.
Jadi, kalau mbak CS yang pertama sepertinya
mau menawarkan produk asuransi pendidikan untuk anak. Tapi saya bilang, saya
lebih milih main reksa dana atau RD dari pada bayar asuransi bulanan.
Saat saya iseng tanya ORI, mbaknya malah
bingung. Karena setahu saya, ORI 15 bisa dibeli lewat Bank Mandiri. Saat saya
bilang ORI itu obligasi, mbaknya lalu tanya ke mas CS yang ada di sebelahnya.
Uhuk, dan mas CSnya udah mau nanggepin serius
aja kalau saya mau beli ORI. Hahaha… Tapi lumayan lah info singkatnya,
kapan-kapan kayaknya saya mau nyoba invest ORI betulan deh lewat Bank Mandiri.
Kalau mbak CS yang kedua, ini kayaknya agak
lebih jeli dan menurut saya berbakat jadi reporter dibanding jadi CS bank.
Hahaha… Soalnya, dia sekilas mengamati alur transaksi rekening saya, lalu
bertanya, apa saya memang lumayan sering pakai token, dan aktivitasnya biasanya
untuk apa.
Dari situlah akhirnya saya cerita kalau saya
blogger, biasa dapat fee, terus rekening Mandiri itu seringnya buat transaksi
dibanding saving, dan lain-lain. Dan eh, mbaknya tahu lho blogger itu apa!
Beneran, buat saya yang tinggal di Lamongan, kalau ngasih tahu orang tentang
keberadaan profesi blogger, juarang yang nyadar itu kerjaan apa.
Gegara itu, selama ngeladenin saya, mbak
CS-nya rajin banget tanya ini itu. Mulai dari feenya bogger tu berapa minimal
maksimal, biasaya nulis apa, cara kerja samanya dengan pihak brand itu gimana,
dsb. Salut saya. Ni mbak bisa multitasking ngerjain teliti dan fokus tapi
sambil ngeladenin orang lho!
Hula… back to cerita ngurus token lah ya.
Jadi di mbak CS yang smart ini, saya diminta untuk mengisi form lembaran yang
seukuran kertas folio. Cuma mengisi standar saja sih, kayak nama, nomor
telepon, nomor rekening.
Sambil saya ngisi itu, mbaknya meminjam buku
rekening, KTP, dan kartu ATM. Tuh sekali lagi, makanya beneran dibawa ya tiga
hal ini kalau mau mengurus token baru.
Selesai semuanya, saya dikasih token dan
diminta untuk aktivasi lewat internet banking. Caranya cari bagian
administrasi, cari aktivasi token, terus saya ketik password token sebanyak dua
kali.
Kalau sudah, aktifkan token, tekan 2, dan
sudah deh aktif. (*bentar, untuk yang bagian ini saya agak lupa nih. Hihihi…
kebanyakan diajak ngobrol mbaknya lha kok jadi nggak fokus. Tapi intinya, pihak
CS akan bombing kita kok sampai tuh token beres dan bisa kita pakai kayak
biasanya.)
Tuh, simpel kan ngurus token. Sekali lagi ya,
kalau mau ngurus, siapkan buku tabungan, KTP, dan kartu ATM. Kalau mau bayar
cash 100 ribu ya siapin uang segitu. Kalau mau debit diambil dari tabungan kita
juga bisa kok.
sejak pakai livin mandiri di mobile udah gk pernah lagi pakai token
ReplyDeleteBener banget. Nulis ini tuh pas habis ganti token. Eh cuma kepake beberapa bulan aja. Karena sampai sekarang lebih banyakan pakai aplikasi Livin.
Delete