Soto Wak Lin Lamongan

Post a Comment

Menikmati soto wak lin yang merupakan legenda soto di lamongan

Sebagai daerah yang terkenal dengan Kota Soto, kita memang akan menemukan banyak penjual soto di Lamongan. Biasanya orang luar Lamongan mengenal Soto Lamongan dengan bumbu koyanya.

Koya ini sendiri sebetulnya bubuk yang dibubuhkan di atas soto. Bubuk tersebut dibuat dari kerupuk udang yang dihacurkan. Soto yang diberi bubuk koya membuat tekstur kuahnya jadi lebih kental atau terlihat agak creamy. Rasa soto pun jadi terasa lebih sedap.

Tapi, di tulisan ini saya mau cerita tentang soto di Lamongan yang tidak seperti Soto Lamongan yang banyak dikenal orang. Dan faktanya, banyak juga penjual soto di Lamongan yang tidak menambahkan bubuk koya pada sotonya.

Salah satunya adalah Soto Wak Lin. Jika tanya orang di Lamongan di mana keberadaan Soto Wak Lin, mungkin tidak banyak orang yang paham letaknya. Tapi buat orang-orang daerah Tumenggungan, Magersari, atau Mojo, berikut anak keturunannya, pasti tahu banget di mana penjual Soto Wak Lin berada.


Soto Wak Lin, Soto Legenda

Sejak saya kecil hingga sekarang, warung soto ini selalu buka di dekat salah satu mulut gang daerah yang ada di Kelurahan Tumenggungan. Tepatnya di sebelah BSI yang dulunya merupakan BRI Syariah. 

Jika patokannya Alun-alun Lamongan, itu artinya kita mesti berjalan dulu ke arah utara, melewati pasar tingkat, dan barulah terlihat di mana posisinya.

Sejak dulu sampai sekarang, Soto Wak Lin ini dijual penjualnya dengan meja dan tenda nonpermanen yang menempel di dinding ruko di belakangnya. Kalau sekarang yang pas menempel di tembok timur BSI.

Petunjuk tempatnya persi seperti yang saya katakan tadi. Kalau mencari Soto Wak Lin, kita tidak bakal menemukan sebuah tulisan besar bertulisan Soto Wak Lin sebagai tandanya. 

Saya sendiri menyebutnya soto legenda. Karena yang saya dengar dari ibu saya yang asli orang Tumenggungan, soto ini bahkan sudah ada sejak ia kecil.

Sekarang ini Soto Wak Lin sudah beralih tangan dikelola oleh anak keturunannya. Kalau kata ibu, rasanya ya tetap sama dari dulu sampai sekarang.

Legenda Soto Wak Lin ini pun terus menyebar hingga ke anak turun orang-orang asli Tumenggungan, Magersari, atau Mojo yang memang berdekatan dengan tempat soto tersebut.


Soto dengan Rasa Kenangan

Selain menyebutnya dengan soto legenda, menurut saya, soto ini juga masih bertahan hingga sekarang karena ada orang-orang yang sejak dulu menyantapnya, menyukainya, dan memelihara kenangan yang ada.

Ibu saya misalnya. Dulu sewaktu kecil, saat badannya sakit, mbah saya akan membelikan Soto Wak Lin. Dimakan dalam kondisi hangat. Dan sugesti yang diberikan ke ibu: makan Soto Wak Lin biar cepat sembuh.

Saya sendiri juga punya kenangan dengan soto ini. Dulu setiap pulang ke Lamongan saat lebaran, usai shalat di Masjid Jami’, saya sering diajak makan di soto ini. Dan biasanya, mesti banyak banget yang juga beli. Mungkin lapar karena sebelum berangkat shalat ‘Id nggak sarapan.

Kenangan-kenangan seperti itulah yang membekas dan membuat Soto Wak Lin bisa dibilang nikmat disantap dengan rasa kenangan. Rasanya masih banyak lagi yang demikian. Saya amati terutama saat hari Sabtu dan Minggu, hari ramai-ramainya pembeli di Soto Wak Lin, banyak orang usia sekitar di atas 40 tahun yang beli di sana.

Karena disebut soto kenangan, menyantap Soto Wak Lin memang paling enak jika dimakan langsung di tempat. Dengan nasi dan kuah hangat yang cenderung panas, irisan ayam, taburan bawang dan daun bawang, ditambah kerupuk bulat putih, membuat soto ini nikmat banget rasanya. Lebih enak lagi jika ditambah perasan jeruk nipis dan sambal.

Kuah kuningnya terasa sekali ayamnya, dengan warna kuning yang bukan keruh seperti kebanyakan Soto Lamongan. Rasanya gurih, segar, dan tidak eneg. Mungkin karena adanya perasan jeruk yang ditambahkan sebelum disajikan ke kita. Sedangkan jika sudah disajikan, biasanya ibu penjualnya akan memberikan lagi irisan jeruk nipis untuk siapapun yang barangkali ingin menambahkan lagi. 

Dan benar kata ibu saya. Kalau makan Soto Wak Lin di saat sedang merasa flu, rasanya pening di kepala bisa lebih ringan. Apalagi kalau makannya langsung di tempatnya, dan minum teh hangat setelah menyantap soto.

Kalau memilih membeli untuk dibawa pulang, saran saya, jangan sering-sering dipanaskan. Enaknya sih langsung disantap selagi hangat, atau dipanaskan sekali untuk langsung disantap habis. Pasalnya, Soto Wak Lin ini sudah lumayan terasa gurih dari penjualnya. Kalau sampai dua kali dipanaskan sebelum disantap, rasanya bisa asin banget!

Related Posts

Post a Comment

Popular