Pengalaman Mengajari Anak Toilet Training

Post a Comment
Pengalaman mengajari anak lepas diaper

Bagi saya, urusan mengajari anak toilet training ternyata lebih susah dibandingkan menyapih anak menyusui ASI. Jika dirunut, memang, anak yang susah lepas ketergantungan dari diaper itu dikarenakan ya orang tuanya sendiri yang tidak sejak dini membiasakan anak tidak menggunakan diaper. Dan saya akui, itulah kesalahan saya yang tidak mengajari anak-anak saya untuk itu.

Teorinya dan seharusnya, anak sejak bayi bahkan sebaiknya tidak dibiasakan menggunakan diaper atau yang salah kaprahnya sering disebut dengan istilah pempers. Padahal, itu aslinya nama produk ya. Hehehe... Ketika anak sejak awal tidak dikenalkan dengan diaper, ia pun jadi belajar dan terbiasa untuk risih setelah buang air kecil dan besar atau BAK dan BAB.

Terlepas dari hal tersebut, kali ini saya mau berbagi pengalaman sendiri bagaimana mengajari anak toilet training. Semoga, pengalaman saya ini bermanfaat bagi para orang tua, pengasuh, atau khususnya ibu seperti saya yang kasep atau terlambat mengajari anaknya toilet training, terutama anak bisa lepas diaper.


Pengalaman Lepas Diaper pada Ais dan Emir

Untuk urusan bisa lebih cepat lepas diaper, bisa dibilang Ais anak sulung saya sudah bisa lebih dulu usianya dibanding Emir si bungsu. Usai bisa berjalan di usia dua setengah tahun yang waktu itu telat akibat TB (bisa dibaca ceritanya di sini), Ais lalu saya beri pengertian agar belajar tidak lagi menggunakan diaper.

Awalnya ia langsung tidak saya pakaikan diaper. Karena terbiasa tidak bisa mengontrol BAK-nya, otomatis, Ais sering terlupa untuk bilang ingin ke toilet. Kejadian BAK di beberapa area rumah pun sering terjadi.

Akhirnya saya siasati agar ia tetap menggunakan diaper tetapi jika ingin BAK harus bilang ke toilet. Jadi fungsi diaper hanya untuk berjaga-jaga saja.

Anak masih pakai pampers

Sementara itu saat tidur, Ais pun tetap menggunakan diaper ditambah masih tidur menggunakan alas perlak di bagian bawah tubuhnya. Ini untuk menghidari kejadian bocor di kasur. Sedangkan saat Ais akhirnya bisa mengontrol BAK-nya di waktu selain tidur, barulah pelan-pelan saya biasakan untuk lepas diaper juga saat tidur. Sesekali kejadian ngompol di kasur pun tak terelakkan. 

Kejadian yang unik justru terjadi pada anak saya Emir. Saat usianya sekitar sebelum tiga tahun, Emir ini sudah bisa minta BAK dan BAB di toilet. Tapi sewaktu kemarau panjang beberapa bulan lalu, pola minum Emir menggila. Dalam satu kali momen minum, ia bisa menghabiskan ukuran satu gelas air minum mineral. 

Walhasil, urusan BAK-nya pun sempat membuat saya kewalahan. Dalam sehari, ia bisa ganti diaper hingga hampir 10 kali!

Pengeluaran pun jadi boncos dong. Lha dalam satu bulan uangnya bisa banyak habis hanya untuk beli diapernya Emir.

Akhirnya, Emir saya ajari lepas diaper di saat usianya tuga setengah tahun lebih. Jujurly, ini parah banget. Karena anak-anak seumur Emir kebanyakan malah sudah lepas diaper sejak usia 2 hingga kurang dari 3 tahun.

Mengajari Emir lepas diaper ini agak lumayan banyak penyertanya. Tidak hanya membiasakan lepas diaper, tapi juga membiasakan dia untuk minum secukupnya. Karena sumber masalahnya karena kebiasaan Emir yang minum air berlebihan.

Saat membiasakan lepas diaper, awalnya saya melakukan hal yang sama seperti pada kakaknya. Langsung lepas diaper. Walhasil kejadian kelepasan BAK di beberapa tempat di rumah pun sering terjadi. 

Jika biasanya anak-anak bisa ditatur atau dibiasakan diajak ke toilet untuk BAK ini setiap dua jam, kalau melihat kebiasaan minum Emir, akhirnya ya hampir setiap setengah jam, anak ini sudah BAK.

Jujur, saya sempat ngereog karena saking gemasnya sama Emir. Lha kalau diapernya penuh, dia bisa lho bilang minta diantar ke toilet untuk BAK. Tapi giliran diapernya masih bersih, dia nggak mau bilang.

Akhirnya setelah diberi tahu dengan gaya saya yang kebiasaan ngomel, kok ndilalah, hari ke duanya belajar lepas diaper, anak ini bisa langsung menahan BAKnya di diaper dan baru BAK saat diajak ke toilet. Bahkan saat tidur pun, dia bisa bangun dan minta BAK di toilet.

Saya pikir, keajaiban kejadian seperti Emir ini kemungkinannya dua. Yang pertama karena anaknya sudah hampir empat tahun dan sudah mulai mengerti diajak bicara sebab akibat, atau karena dasarnya Emir ini memang tipe anak yang mudah belajar.

Jadilah Emir melewati tahap seperti kakaknya. Saya tetap pakaikan diaper selama beberapa hari sampai ia benar-benar terbiasa bisa menahan BAKnya dan pergi ke toilet, serta diaper pun bisa tetap bersih.


Beberapa Hal yang Perlu Dipersiapkan saat Mengajari Anak Lepas Diaper

Idealnya, dan kalau yang ada di teori-teori di media internet, mengajari anak lepas diaper ini bisa dilakukan dengan menyediakan toilet mini untuk anak, seprai anti air, atau celana anti bocor saat anak BAK. Tapi karena saya tidak punya dan tidak menyediakan semua itu, jadi di tulisan ini saya akan berbagi pengalaman mengajari anak lepas diaper dengan sumber daya yang ada saja di rumah.

Jadi berdasarkan pengalaman saya saat mengajari anak toilet training terutama membiasakan mereka lepas diaper, ini dia beberapa hal yang perlu disiapkan.

1. Kesiapan orang tuanya

Siap nggak siapnya anak lepas diaper sebetulnya awal muasalnya ya dari tergantung siap nggak siapnya orang tuanya nih terutama yang mengasuh setiap hari, untuk menyiapkan anak lepas diaper.

Orang tua harus menyiapkan diri saat anak akan lepas diaper

Menghadapi drama anak kelepasan dan kelupaan bilang mau BAK, rajin mengepel lantai atau jemur kasur, rajin cuci baju anak bau pesing, hal-hal seperti itu yang harus disiapkan terlebih dulu.

Karena kalau nggak siap, ya udah deh, alamat entar-entar terus, sampai anaknya sudah ebsar dan ketergantungan sama diaper. Endingnya yang kasihan ya anaknya.

2. Tetap gunakan diaper di masa belajar

Untuk meminimalisir drama BAK di mana-mana, saya sendiri memberi excuse, ya udah lah, anaknya tetap sementara dipakein diaper. Cuma ya memang harus sering-sering si anak diajak ngobrol, diberi tahu, diberi pengertian, dikasih penjelasan sebab akibat kalau terus pakai diaper dan kalau sampai BAK BAB nggak bilang, dan lain sebagainya.

3. Berkomunikasi pada anak termasuk sering mengingatkan untuk BAK BAB di toilet

Kalau idealnya, anak memang harus sering diingatkan dan sering diajak ke toilet sekitar dua jam sekali. Tapi ya kalau kasusnya seperti Emir yang hobi minum terlalu banyak, memang agak sulit ya. Jadi sebagai orang tua, coba deh cek ritme anak ia biasanya BAK setiap berapa menit. 

Lalu kalau anak sedang terlalu asyik pada sesuatu atau aktivitas seperti bermain apalagi main hp, nah ini, orang tua mesti sering banget nih untuk ngingetin. Karena kalau anak sedang asyik, dia jadi bisa malas saat diajak ke toilet. Walhasil kejadian BAK sebelum ke toilet pun bisa bakal terjadi.

4. Mengajari anak membersihkan diri dan toilet seusai BAK BAB

Hal lain yang perlu juga sekaligus dipelajari anak adalah bagaimana ia harus membersihkan diri dan juga toilet yang sudah dia pakai. Misalnya, usai BAK itu bagian yang harus dibersihkan sebelah mana dan seperti apa. Nggak bisa dong main siram gitu saja tanpa baagian tubuh tersebut dibersihkan. 

Lalu jika membersihkan diri, tangan mana yang harus digunakan. Jangan sampai juga, tangan kana untuk membersihkan kemaluan, eh tapi tangan ini juga dipakai untuk pegang gayung dan ambil air. 

Urusan membersihkan kaki atau area lantai toilet yang kena kotoran juga mesti diajarkan pada anak. Kasih tahu juga apa dan kenapanya mesti dibersihkan. Jadi sejak dini, anak dibiasakan tahu dan paham urusan bersih sampai urusan najis juga.

5. Memberi kemudahan bagi anak saat ke toilet

Saat anak sudah bisa minta BAK dan BAB di toilet, kondisikan juga agar toiletnya mudah mereka gunakan. Jangan sampai mereka kesusahan mengambil air untuk membersihkan kemaluan karena bak toiletnya terlalu besar dan tinggi sehingga mereka kesulitan menjangkau air.



Sebisa mungkin dan jika seperti itu kondisinya, sediakan sebuah ember dan gayung lalu letakkan di area yang mudah dijangkau, bersih, serta tidak muah terkena kotoran. Jadi anak mudah menggunakannya serta mereka pun tidak mengotorinya.

6. Mengajari anak lepas-pakai celana sendiri

Urusan lepas-pakai celana sendiri juga perlu diajarkan pada anak-anak. Biasanya anak-anak terkadang masih kesulitan mengangkat satu kaki saat pakai celana. Kita bisa mengajari mereka dengan cara bersandar pada kursi atau tembok. Karena kalau pakai celananya sambil duduk, tak jarang ada kotoran yang malah bisa menempel di kemaluan mereka.

7. Menyediakan celana dalam

Anak yang lepas diaper biasanya di masa awal, akan merasa risih karena daerah kemaluannya bergeser langsung pada kain. Karena itu, ajari dan biasakan anak untuk menggunakan celana dalam. Hal ini sekaligus bisa meminimalisir rasa risih tersebut.

8. Hipnosis saat tidur

Cara lain agar anak mudah lepas diaper adalah orang tuanya minta diberi kemudahan proses ke Allah sampai hipnosis. Jujur, dua cara ini sampai saya lakukan.

Khusus hipnosis, caranya akan saya tuliskan di tulisan lain ya untuk lebih jelasnya. Intinya, anak di masa tidur terutama tidur malam, bisa kita gunakan sebagai ajang untuk menghipnosisnya agar anak mau dan bisa lepas diaper.



Jadi bagaimana buibu pakbapak yang saat ini sedang menghadapi anak toilet training terutama lepas diaper, bisa yuk bisa! Kalau saya sendiri pas masa sampai bertanya-tanya kapan drama lepas diaper ini berakhir, sampai pakai acara doa minta ke Allah segala lho. 

Soalnya sempat tahu beberapa kejadian, ada anak-anak yang sampai pakai diaper hingga kelas 1 SD, atau bahkan ada teman Ais yang kelas 3, masih pakai diaper saat tidur malam. Gegara itu jadinya parno deh!

Tapi di suatu titik akhirnya saya mikir dan bilang sendiri, sambil tetap komunikasi ke Allah, ada masa, semua drama ini akan berakhir. Anak-anakku akhirnya bisa lepas diaper. Intinya sebagai emaknya anka-anak saya, sampai melakukan Law of Atraction segala agar anak saya lepas diaper! Hahaha...


Related Posts

There is no other posts in this category.

Post a Comment

Popular