![]() |
Sumber foto: Instagram @kakakaman.id |
Bayangkan seorang gadis kecil usia 7 tahun berada di hadapan kita. Ia terlihat ceria penuh tawa. Namun di balik keriangannya, tersimpan luka kelam yang mungkin akan membekas di masa depannya.
Gadis itu bercerita, sudah 10 kali ayahnya sendiri melakukan kekerasan seksual padanya. Ia sudah mengadu pada ibunya, juga kerabatnya. Namun, tak ada satupun yang serius menganggapnya.
Ya, siapa yang mengira. Bagaimana bisa orang tua kandung sendiri malah melakukan hal yang tak pantas pada anaknya. Tak ayal, orang yang mendengar aduan gadis cilik tersebut menganggapnya sebagai karangan belaka. Padahal nyatanya, ia sedang dan sudah berusaha meminta tolong atas kejadian yang menimpanya.
Fungsi rumah dan keluarga pun makin hari seakan kehilangan fungsinya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak, malah menjadi tempat anak mendapatkan kekerasan.
Keluarga yang menjadi orang-orang terdekat anak, seharusnya menjadi pelindung bagi anak, justru menjadi pelaku bagi kekerasan terutama kekerasan seksual itu sendiri.
Belum lagi kekerasan sebagai budaya yang di kebanyakan masyarakat masih dianggap biasa. Sedangkan anak kecil apalagi perempuan pada budaya tersebut, dianggap tak punya kuasa atas dirinya sendiri.
Kisah nyata nan pilu inilah yang dibagikan Hana Maulida, penggagas Kakak Aman Indonesia. Saat itu, kejadian seperti yang menimpa gadis kecil tersebut bukanlah hal yang pertama kali ia temukan. Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara atau ASN di Kabupaten Serang, Banten yang bergerak di bidang perlindungan anak, masalah demi masalah semacam ini membuat kemarahannya memuncak.
“Saya sebagai ibu dari dua orang anak, empati saya jadi lebih meningkat ketika saya menjadi ibu, dan melihat ada anak yang tersakiti. Apalagi oleh orang terdekatnya,” tutur Hana.
Dalam kekalutannya, dia mencoba mengurai logika. Seharusnya, anak usia 7 tahun sudah bisa diberitahu agar tidak boleh ada siapapun yang memegang area pribadinya. Termasuk orang tuanya.
Ia juga berpikir, bagaimana caranya agar anak kecil bisa tahu pentingnya pendidikan seksual. Apalagi jika ditambah kondisi anak-anak yang tak dianggap aduannya oleh orang-orang dewasa di sekitarnya.
“Lalu anak harus berharap pada siapa lagi kalau bukan kita orang-orang yang peduli,” pikir Hana.
Hana sadar, kemarahannya, atau siapapun yang melihat kekerasan pada anak apalagi itu kekerasan seksual, kerap tak bisa menjadi jalan keluar nyata bagi anak-anak yang mengalaminya. Atau, bagi anak-anak lain yang bisa saja menjadi korban berikutnya.
Langkah Pertama, tak Perlu Sempurna
Suatu hari di tahun 2023, Hana menikmati bakso di sebuah warung bersama dua temannya. Mereka merasa geram. Bukan karena pedas atau panasnya kuah bakso yang sedang mereka santap. Tetapi, mereka kesal dengan kasus demi kasus kekerasan seksual yang seperti tak ada habisnya.
Kegusaran Hana dan kedua temannya cukup beralasan. Dalam data yang tercatat di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak di tahun 2023, ada sekitar 18 ribu kasus kekerasan pada anak. Sedangkan sekitar 11 ribu kasus di antaranya adalah kekerasan seksual.
Mirisnya, angka ini terus meningkat. Di tahun 2024, tercatat sekitar 20 ribu kasus dengan sekitar 11 ribu lebih merupakan kekerasan seksual pada anak.
Tentunya ini fakta yang mengejutkan. Karena, jumlah kekerasan seksual pada anak bisa mencapai angka 60 persen lebih dan terus meningkat setiap tahunnya..
Namun angka tersebut hanyalah yang mampu tercatat. Hana cukup tahu fakta di masyarakat. Sesungguhnya, masih cukup banyak kasus yang terjadi namun tak terungkap.
Banyak yang tidak terlaporkan karena dianggap sebagai aib atau hal yang tabu bagi keluarga. Atau kalaupun ingin melaporkan, mereka merasa tidak punya apa-apa.
“Banyak orang yang sudah menyerah duluan saat harus berhadapan dengan hukum,” ungkap Hana.
Sementara itu, masih ada anggapan tabu di masyarakat terhadap keberadaan pendidikan seksual. Banyak juga pendidik yang merasa itu bukan kapasitas mereka untuk menyampaikan pendidikan seksual.
Saat ini, masih banyak orang yang memilih menarik diri saat mendengar atau melihat kata seksual. Banyak juga yang masih bingung, apa yang harus diajarkan sebagai bagian dari pendidikan seksual?
Tak butuh waktu lama. Usai makan di warung bakso tersebut, Hana dan kedua temannya langsung membuat gerakan spontan. Di minggu itu juga, mereka bertekad untuk langsung bergerak.
“Kami spontan saja karena kemarahan kami yang sangat-sangat tinggi,” ujar Hana menggebu.
Hana sendiri merasa ia harus bergerak dengan fokus pada perlindungan kekerasan seksual. Ia melihat di institusinya saat itu masih belum ada yang konsen terhadap hal tersebut.
Sepulangnya dari warung bakso, Hana dengan sigap segera membuat materi di Canva. Dua hari setelah makan bakso itulah menjadi hari pertama bagi Hana dan teman-temannya memulai gerakan pendidikan seksual. Saat ini, kita semua mengenalnya sebagai gerakan Kakak Aman Indonesia.
Kebetulan, satu dari dua kawan Hana yang ikut dalam gerakan tersebut adalah seorang guru SD. Di SD tempatnya mengajarlah gerakan pendidikan seksual itu dimulai.
Yang mengejutkan, Hana dan teman-temannya menjumpai, ada anak-anak yang mengaku sudah pernah menonton video porno. Guru di sekolah itu pun pernah menjumpai anak yang menggambar alat kelamin.
Sejak itu, Hana dan kedua rekannya jadi dapat banyak panggilan berkegiatan. Di tiap Sabtu, hampir selalu ada tawaran. Sejak itulah mereka jadi terkenal di kalangan SD atau TK yang ada di daerahnya.
“Kami menyadari, langkah pertama itu memang tidak perlu sempurna dulu,” cetus Hana.
![]() |
Sumber foto: Instagram @kakakaman.id |
Ia juga menyadari, nyatanya siapapun bisa peduli terhadap isu kekerasan seksual pada anak. Tak perlu profesi khusus. Siapa saja bisa memberikan edukasi seksual kepada anak-anak di sekitarnya.
Andai di warung bakso kala itu, Hana dan kedua rekannya hanya menjadikan masalah kekerasan seksual pada anak sebagai bahan obrolan belaka saat kumpul bersama, bisa jadi, tak ada Kakak Aman Indonesia yang bisa membawa dampak besar hingga tanah Papua Selatan.
Gerakan Melawan Kekerasan Seksual bersama Kakak Aman
Jika seorang adik kecil memiliki masalah, kepada siapa ia akan berkeluh kesah? Jika pilihannya adalah orang tua, guru, teman, atau kakak, kemungkinan orang terakhir yang disebutkan tadi yang akan didatanginya.
Seorang kakak kerap punya kesan menjadi figur teman sekaligus pelindung yang nyaman. Sosok yang bisa dianggap lebih merangkul dan memberi rasa aman. Karena itulah, gerakan yang dicetuskan Hana disebut dengan Kakak Aman.
Sedangkan kata aman sendiri adalah kondisi terbebas dari bahaya. Kondisi aman juga menjadi kebutuhan dasar dari setiap manusia.
Karena itulah Kakak Aman Indonesia hadir. Sejak awal, gerakan ini fokus sebagai upaya mencegah kekerasan seksual pada anak dengan cara yang interaktif dan menyenangkan.
Ada pandangan jauh ke depan yang menjadi visi mereka. Kakak Aman ingin menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Anak-anak jadi lebih bisa fokus untuk menemukan potensi terbaik dalam dirinya. Bebas dari masalah kekerasan seksual yang bisa mengancamnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kakak Aman memiliki beberapa misi. Mereka ingin anak-anak bisa meningkat pengetahuan dan kemampuannya dalam melindungi diri.
![]() |
Sumber foto: Instagram @kakakaman.id |
Tak hanya pada anak-anak, Kakak Aman juga ingin masyarakat meningkat kesadarannya terhadap isu kekerasan terutama kekerasan seksual.
Misi lain dari Kakak Aman adalah keinginan adanya peningkatan pengetahuan berikut kemampuan bagi orang dewasa yang berada di sekitar anak-anak. Sehingga, mereka bisa memberi edukasi pada anak tentang bagaimana melindungi diri sendiri dari kekerasan seksual.
Untuk menghadapi dan melawan masalah kekerasan seksual memang dibutuhkan sebuah gerakan bersama. Itulah alasan Hana menjadikan Kakak Aman sebagai bentuk dari gerakan. Siapa saja bisa turut serta menjalankan visi misi Kakak Aman.
Mau itu guru, pekerja kantoran, ibu rumah tangga, dokter, atau siapapun dan profesi apapun, bisa bersama bergerak dengan semangat besar untuk mengupayakan perlindungan anak dari kekerasan seksual dengan Kakak Aman Indonesia.
Sejak tahun 2023 hingga kini, Kakak Aman terus bergerak mengedukasi pencegahan kekerasan seksual. Bukan hanya di Banten tempat asal Hana. Namun, gerakan ini sudah hampir menyentuh penjuru tanah air.
Kakak Aman pernah bergerak di 17 daerah di Indonesia. Mulai dari Serang, Pandeglang, Lampung, Surabaya, Jakarta, Bali, hingga Papua Selatan.
Dalam data yang dicatat oleh Kakak Aman, ada empat ribu lebih anak-anak yang sudah teredukasi. Selain itu, sebanyak 250 lebih edukasi pencegahan kekerasan seksual menyentuh guru dan orang tua.
Hingga kini, tercatat sudah ada 55 relawan yang berdedikasi membantu menyebarkan edukasi perlindungan anak dari kekerasan. Ada juga 50 guru yang sudah mendapatkan pelatihan untuk menjadi fasilitator guru aman di sekolah.
Melihat perkembangan gerakan Kakak Aman, seperti memunculkan banyak figur kakak yang siap merangkul adik kecilnya. Siap melindungi adik kecilnya dari bahaya monster bernama kekerasan seksual. Sehingga banyak anak kecil merasa aman dalam dekapan kakak yang membersamai di tumbuh kembangnya.
Tak Ada Lagi Tabu Saat Bicara Kekerasan Seksual
Nyatanya selain ancaman kekerasan seksual itu sendiri, persepsi aib atau tabu juga menjadi hal yang diusung oleh Kakak Aman. Kata seksual yang selama ini dianggap tabu, bisa dibahasakan dengan kata lain.
Karena itulah, Kakak Aman mengomunikasikan bahasan kekerasan seksual dengan metode yang menyenangkan. Karena pada dasarnya ketika anak menyukai sesuatu, ia akan membentuk sebuah ingatan kuat di kepalanya.
Kekerasan seksual pada anak sebetulnya bisa dilakukan oleh siapa saja. Bisa orang dewasa, keluarga sendiri, bahkan sesama anak-anak.
Untuk itu, hal mendasar yang perlu anak ketahui adalah mengenal daerah tubuh pribadi mereka sendiri. Bagian tubuh tersebut adalah semua bagian yang tertutup baju renang, dan mulut. Anak perlu tahu dan sadar bahwa tubuhnya sendiri sangat berharga.
![]() |
Lagu Pencegahan Kekerasan Seksual Anak yang dibuat Kakak Aman. Sumber foto: channel Youtube Kakak Aman Indonesia |
Tidak sembarangan orang bisa dan boleh menyentuh area pribadinya. Karena, hanya anak itu sendiri yang boleh mengakses area pribadinya. Jadi jangan sampai orang lain, meskipun itu keluarga sendiri, menyentuh area pribadinya. Apalagi dilakukan dengan tanpa tujuan.
Setelah anak diberitahu area pribadi, anak juga penting untuk diajarkan berani berkata tidak.
Waktu demi waktu, Kakak Aman Indonesia punya banyak metode untuk mengenalkan kekerasan seksual pada anak. Anak bisa tahu lewat dongeng, bernyanyi dan menari, permainan edukatif, poster edukasi, lembar mewarnai sampai dialog interaktif.
Kegiatannya juga didesain dengan sederhana. Sehingga harapannya, siapapun bisa turut serta melakukannya. Caranya dibentuk dengan cukup mudah, bisa dilakukan tanpa banyak biaya atau murah, serta ditampilkan dengan cara yang menyenangkan.
Hingga tahun 2025 ini, Kakak Aman punya dua modul. Modul pertama adalah Modul Pendidikan Seksual secara umum. Modul ini bisa digunakan untuk anak usia jenjang pendidikan TK hingga SD, serta anak kelompok besar.
Ada dua materi utama dalam modul tersebut, yaitu konsep tentang bagian tubuh pribadi, serta bahasan berani bilang tidak, lari, dan melapor.
Untuk modul yang ke dua merupakan Modul Komprehensif. Modul ini menyasar untuk anak usia menjelang pubertas sekitar usia 9 hingga 12 tahun atau dalam kelompok kecil.
Ada empat topik utama yang jadi bahasan dalam modul ini, yaitu mengenal tubuh kita, aku dan perasaanku, aku bisa lindungi diriku, serta membangun hubungan sehat.
Kedua modul tersebut sudah melewati konsultasi dengan para ahli seperti psikolog anak, dokter anak, pemerhati anak dan juga stakeholder terkait. Modul dibuat semenarik mungkin sehingga anak tertarik dan mudah memahaminya.
Kakak Aman Indonesia juga punya perangkat atau body safety kit yang bisa digunakan untuk menyampaikan pendidikan seksual pada anak. Siapapun dan di manapun bisa menggunakannya.
Dengan desain yang dibuat agar mudah murah menyenangkan inilah, Kakak Aman berharap pendidikan seksual bukanlah hal yang tabu lagi. Bahkan terkesan eksklusif.
“Yang ingin terlibat dalam gerakan ini bisa menghubungi kami. Lalu kami akan adakan semacam coaching atau briefing sebelum calon relawan tersebut turun melakukan edukasi kepada anak-anak. Dengan begitu, kami tidak harus turun ke daerah tersebut dan jangkauan gerakan ini juga meluas,” terang Hana.
Dengan cara ini, siapapun dan di manapun bisa tahu pendidikan seksual yang sesungguhnya. Pendidikan Seksual bisa dikenal dan dipahami anak-anak, tanpa merasa ini adalah aib yang tak perlu dibicarakan secara terbuka. Karena setiap anak, pantas untuk merasa berharga.
Menjadi Kakak Aman bagi Lingkungan Terdekat
Selain bergabung dalam gerakan Kakak Aman Indonesia, sebetulnya siapapun bisa menjadi Kakak Aman bagi anak-anak di lingkungan terdekatnya. Terutama, mengembalikan posisi orang tua sebagai tempat teraman dan ternyaman bagi anak.
Tak hanya dianggap aib dan tabu. Menurut Hana, ada penyebab-penyebab lain yang membuat masalah kekerasan seksual pada anak terus terjadi dan meningkat jumlahnya.
Untuk itu, Hana punya beberapa pesan bagi siapa saja untuk menciptakan ruang aman bagi anak.
Membatasi penggunaan gawai pada anak
Orang tua sebaiknya membatasi penggunaan gawai pada anak. Apalagi, anak-anak yang belum cukup umur.
Kasus yang sering Hana temui, di media sosial bisa muncul orang dewasa yang memiliki kelainan dan menjadikan anak-anak sebagai objeknya. Mereka masuk ke dalam permainan yang sering anak-anak mainkan.
Anak juga harus didampingi dalam menggunakan gawai. Jangan sampai mereka menonton hal yang tidak pantas hingga kecanduan.
Hana sendiri sempat menemukan kasus di daerahnya. Suatu ketika, ia menjumpai seorang balita yang kecanduan pornografi dari video-video pendek yang sering dilihatnya tanpa pendampingan.
Peduli dengan kekerasan pada anak, meski itu anak orang lain
Hingga kini, masih banyak orang yang merasa kekerasan yang dilakukan orang tua pada anaknya adalah ranah internal. Orang luar tidak punya hak untuk menegur apalagi melaporkan kekerasan yang terjadi pada anak.
Padahal, siapa saja perlu mengambil untuk peduli terhadap masalah yang sedang terjadi pada anak, meski itu dilakukan oleh orang tuanya sendiri.
Menggunakan jalur pengaduan delik biasa
Menurut Hana, saat ini masih banyak orang yang belum tahu tentang dua jenis pelaporan hukum. Yang pertama adalah delik aduan, dan yang ke dua adalah delik biasa.
Jika istri atau suami melaporkan tindakan KDRT dari pasangannya, bisa mengadukan lewat jalur delik aduan. Delik aduan ini bisa dihentikan prosesnya jika korban mencabut laporannya.
Sedangkan jika anak-anak mengalami kekerasan, orang lain bisa menggunakan jalur delik biasa untuk mengadukan masalah ini lewat jalur hukum. Sehingga meski terjadi damai antara korban dengan pelaku, proses hukumnya tetap terus berjalan.
Dengan mengetahui hal-hal tersebut, Hana berharap banyak orang yang peduli agar kekerasan pada anak, terutama kekerasan seksual bisa teratasi.
Kakak Aman Indonesia dalam Kolaborasi hingga Apresiasi Penuh Makna
Sebagai bentuk gerakan, hingga kini Kakak Aman Indonesia sudah berkolaborasi dengan banyak pihak untuk menyuarakan kekerasan seksual pada anak. Mulai dari pemerintah, perusahaan swasta, hingga komunitas atau lembaga.
Tak heran, pencapaian yang sudah ditempuh oleh Kakak Aman ini sampai pernah membuat mereka menjadi program terpilih dalam Young South East Asia Leadership Initiatives atau YSEALI dalam program Seeds for the future.
Di ajang internasional yang diadakan pada Desember 2023 tersebut, Kakak Aman Indonesia terpilih dan masuk dalam 16 proyek sosial yang terbaik se-ASEAN.
Di Indonesia sendiri, Kakak Aman Indonesia juga mendapat berbagai apresiasi. Mulai dari Sekolah Kak Seto, juara 1 program terinovatif di tingkat Kabupaten Serang pada tahun 2024, hingga ajang bergengsi Penghargaan Astra SATU Indonesia Awards 2024 sebagai program pendidikan terbaik.
![]() |
Sumber foto: Instagram @kakakaman.id |
Tak hanya sekedar meraih penghargaan di tahun 2024, apresiasi dari Astra Indonesia dalam ajang SATU Indonesia Awards justru membuat pintu peluang kolaborasi Kakak Aman Indonesia lebih menjangkau luas ke masyarakat. Misalnya, Kakak Aman bekerja sama dengan ESR Astra Internasional, atau Kakak Aman Indonesia bisa melaksanakan program edukasi seksual bagi guru PAUD se-DKI Jakarta. Bersama Astra juga, Kakak Aman Indonesia bisa turut memeringati Hari Anak Nasional dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Indonesia, serta membuat konten bersama untuk publikasi edukasi kekerasan seksual pada anak yang makin meluas.
Tentunya segala apresiasi yang ada tak membuat Kakak Aman berhenti. Mereka bakan masih menyimpan banyak mimpi. Ke depannya, Kakak Aman Indonesia berharap memiliki natural school, day care, hingga extra-class.
Semua langkah, semua yang telah diraih Kakak Aman ini tentunya punya makna. Mereka ingin terus bergerak bersama hingga berdampak demi masa depan anak-anak. Karena pada anak-anak lah, dunia menaruh harapannya.
Tapi bagaimana masa depan bisa ada, jika di masa kini, anak-anak hidup dalam trauma dan ketakutan. Karena itu Kakak Aman Indonesia mengajak siapapun bergandengan tangan, turut mengambil peran sebagai kakak yang bisa memeluk anak-anak dengan memberi rasa aman dan nyaman.
Bahan tulisan:
https://kakakaman.id/
Hasil talkshow via Zoom Good Movement dengan pemateri Hana Maulida, tanggal 12 September 2025
Konten Video ‘Waspada Kekerasan Seksual pada Anak Melalui Media Online’ di Channel Youtube Perspektif Wimar TV
Akun Instagram Kakak Aman Indonesia di @kakakaman.id
#APA2025-PLM
Post a Comment
Post a Comment