Saat Punya Anak yang Terlalu Kreatif

Post a Comment
Cara mengatasi anak yang punya daya kreatif tinggi

Siang itu, seperti biasanya suami mengantarkan anak saya yang bungsu pulang ke rumah. Namun bedanya, kali itu ia masuk rumah dulu dan mengatakan dengan nada lebih pelan.

“Ini ntar coba dicek. Tadi ada kejadian di sekolah…” 

Saya yang mendengar intro kata-kata suami langsung merasa tidak enak.

“Katanya bu guru, dia tadi matah-matahin krayon sama temannya. Terus ketahuan bu guru. Pesannya, tolong anaknya jangan dimarahi,” demikian suami saya mengulang pesan dari guru si bungsu.

Saya langsung tarik napas panjang berkali-kali sambil was-was. Waduh, anak ini kali ini melakukan apa lagi?

Saat dibuka tasnya, saya ambil krayonnya. Beberapa krayon ulir miliknya sudah tak karuan bentuknya. Hanya separuh yang selamat. Yang lain sepertinya tercecer di sekolah.

Masih saya tarik hembus napas panjang. Pelan-pelan saya tanya, “Memangnya ini mau dibuat apa?”

Si bungsu mengunci mulutnya rapat. Wajahnya terlihat ketakutan.

Akhirnya, saya rawati ia lebih dulu seperti biasanya usai pulang sekolah, mengajaknya ke toilet untuk buang air kecil, dan mengganti baju seragamnya dengan baju rumah.

Selesai itu semua, ia bertanya, bolehkah main ke rumah sepupunya untuk bermain seperti biasa. Saya menggeleng. Masih dengan nada pelan, saya mengatakan, ia hanya boleh ke rumah sepupunya untuk menyusul salat maghrib dan isya seperti biasa. Tidak bermain lama dulu. Itu merupakan konsekuensi karena ia sudah merusak krayon.

Seketika ia langsung menahan tangis. Bergegas saya mengalihkan perhatiannya ke krayon tadi, menanyakan sebetulnya mau dijadikan apa krayon ulirnya tersebut.


Anak Kreatif Selalu Punya Ide di Luar Nalar

Sebetulnya kejadian mengubah bentuk asal benda menjadi hal lain adalah bukan hal baru yang dilakukan bungsu saya. Kerap terjadi, ia dibelikan mainan atau hal baru, tak lama kemudian sudah antah berantah bentuknya.

Sampai-sampai, saya sama kakaknya sering takjub. Mainan yang sekian tahun awet di tangan kakaknya, sekejap jadi tidak karuan di tangan si bungsu.

Seperti kejadian di cerita ini. Setelah saya tanya, sebetulnya itu ide dia sendiri untuk merusak krayon ulir miliknya. Katanya untuk dibuat mainan tembak-tembakan.

Krayon ulir yang rusak

Saya lalu tanya bagaimana cara mainnya. Ia lalu mempraktekkan patahan-patahan krayon yang dimasukkan ke dalam wadah krayon ulir. Kemudian, krayonnya ditiup.

Itu masih ide kreativitas dia di sekolah. Saat saya tinggal sebentar ke belakang untuk menyiapkan makan siangnya, bentuk kreativitasnya sudah berganti lagi.

Selongsong-selongsong krayon berwarna-warni itu ia jadikan bahan modifikasi truk pertamina. Truknya sendiri sudah dicopot tangkinya dengan alasan ya kreativitas itu lagi.

Sambil makan, akhirnya saya nasihati. “Besok lagi Nak, Adek boleh mengubah bentuk benda. Tapi sebisa mungkin, bendanya itu sudah tidak terpakai lagi. Sudah rusak. Krayon ini kan masih bisa dipakai. Kalau jadi seperti ini, bisa nggak dipakai lagi? Trus adek mau pakai krayon apa nanti di sekolah?”

Anaknya hanya mengangguk. Entah apakah kelak dia ingat atau akan melakukan hal ajaib lain, saya sudah pasrah deh!


Alasan Anak Kreatif Mesti Tahu Aturan

Anak kreatif memang bagus. Tapi bayangkan apabila anak kreatif selalu dibiarkan. Tidak tahu batasan, tidak tahu aturan. 

Akhirnya persis seperti di cerita Tayo. Saya ingat sebuah episode yang bercerita tentang ada seorang seniman yang suka melukis. Sayangnya, ia melukis di papan keterangan halte bus. 

Akibat dari ulahnya, banyak orang yang jadi tidak bisa melihat keterangan jalur bus di papan halte. 

Karena ulahnya cukup merugikan, si seniman ini akhirnya diburu polisi. Ia masih terus saya menggambar di halte sana sini. Setiap akan ditangkap, ia lihai untuk melarikan diri.

Sebetulnya, hasil karya seniman ini cukup bagus. Tapi karena ia melakukan di tempat yang tidak seharusnya, banyak orang pun tidak suka. 

Singkat cerita, seniman ini lalu ditangkap. Ia diberi pengertian akibat atas ulahnya. Di akhir cerita, seniman ini justru diberi kesempatan untuk menghias tembok-tembok kota yang kosong. Penampilan kota pun jadi makin indah berkat lukisan seniman ini.

Jadi, memang ada yang perlu diarahkan pada anak-anak kreatif seperti anak si bungsu saya itu.

1. Kreativitasnya tidak bisa ia lakukan di sembarang benda, tempat, serta di situasi dan kondisi tertentu.

2. Anak mesti tahu sebab akibat. Jika ia melakukan sesuatu, kira-kira ada akibat yang merugikan atau tidak untuk dirinya sendiri. Terutama, jangan sampai merugikan orang lain.

3. Anak kreatif perlu juga diarahkan. Saat ia menciptakan sesuatu, kita sebagai orang tua bisa mengarahkan proses menciptanya dengan ide-ide lain.

Membuat permainan menembak dari bahan kertas

Misalnya seperti yang dilakukan suami saya. Ia malah membuatkan tembak-tembakan dari kertas agar mainan jadi lebih aman untuk anak.

Sejatinya, anak yang suka menciptakan dengan kreativitas, memang jadi salah satu tanda kalau dia cerdas. Namun tetap saja, ia harus diarahkan ke arah yang positif agar tidak merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

Newest Older

Related Posts

Post a Comment

Popular