Mewaspadai Stunting sebagai Bentuk Cinta Keluarga

16 comments


Iklan yang menyebut kata ‘stunting’ oleh Pak Jusuf Kalla beberapa waktu lalu membuat saya penasaran. Stunting? Anak pendek? Harus diatasi? Lho, bukannya anak pendek itu memang keturunan ya?

Akhirnya sebagai mamak suka kepo perkara kesehatan anak, saya pun browsing apa dan bagaimana tentang stunting. Beberapa artikel yang telah saya baca membuat saya tertegun, teringat pada apa yang pernah terjadi pada Kayyisah.

Jadi di usianya yang ke dua tahun, baru ketahuan kalau Kayyisah mengalami sakit TB. Penyakit itulah yang membuat ia pernah berbulan-bulan sulit makan dan sakit-sakitan. Efeknya Kayyisah jadi kurang gizi, dan telat tumbuh kembangnya.

Di usia setahun, tempurung lutut kaki Kayyisah masih lunak. Umur dua tahun, ia masih belum bisa berjalan.

Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini ya: Penyebab Malnutrisi Hingga Telat Tumbuh Kembang Itu Bernama TB

Suatu ketika saat sedang mengambil obat TB, ndilalah dokter yang saya temui di rumah sakit bukanlah dokter anak yang biasa menangani Kayyisah sejak lahir. Kita sebut saja Bu Dokter ya.

Nah kali itu, Bu Dokter menegur saya tentang kondisi fisik Kayyisah. “Lho anak ini umur berapa?” tanyanya sambil menatap tajam ke arah saya dan Kayyisah.

“Dua tahun lebih dua bulan, Dok,” jawab saya heran. Ya, saya merasa takjub saja waktu itu karena bu dokternya kok malah bertanya. Kan di kartu pengambilan obat TB ada tulisannya, pikir saya.

Tapi rupanya bukan itu maksud sebenarnya dari pertanyaan Bu Dokter. Dengan nada berseru, ia memprotes kenapa tubuh anak saya kecil sekali. Perawat yang mendampinginya pun diminta untuk mengukur panjang tubuh Kayyisah serta lingkar kepalanya.

Setelah pengukuran selesai, saya dan suami diminta duduk. Dalam hati saya bergumam, apa yang salah dari anak saya yang memang kondisinya begini karena TB?

Dan jujur, sebetulnya baru kali itu lho Kayyisah pakai diukur panjang tubuh dan lingkar kepalanya. Memang, di buku Kesehatan Ibu dan Anak ada pantauan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala. Tapi sejak Kayyisah lahir, yang saya jarang membawanya ke posyandu dan hanya mengandalkan rutin ke dokter anak untuk imunisasi, Kayyisah hanya selalu diukur berat badannya.

Grafik berat badan Kayyisah yang pernah tidak naik selama beberapa bulan

Oleh Bu Dokter, saya diterangkan tentang ukuran berat dan tinggi badan serta lingkar kepala anak yang seharusnya. Berikut efek yang bisa terjadi jika Kayyisah tetap terus dengan kondisi bertubuh kecil.

“Kita kejar ketertinggalan ya sampai umurnya tiga tahun. Kalau sampai lebih dari itu dan tumbuh kembang badannya masih segini-gini saja, ck…” Bu Dokter menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela napas berat.

“Efeknya bisa ke kecerdasannya, Bu. Kemampuan anaknya nanti,” lanjut bu dokter dan ia pun meminta saya untuk memberi makan minum dengan aturan ketat. Berapa dan nutrisi apa saja yang perlu masuk, berapa kali sehari, hingga merek susu tertentu yang khusus untuk menambah nutrisi ke tubuh Kayyisah.

Ingatan tentang kejadian itulah yang membuat saya makin paham. Kenapa pemerintah sampai mengeluarkan iklan stunting sebagai peringatan untuk masyarakat.


Stunting dan Masalah Gizi

Di beberapa artikel yang saya baca, yang dimaksud stunting adalah kondisi anak yang mengalami gangguan pertumbuhan sehingga ia terlihat lebih pendek dibandingkan teman-teman seusianya.

Penyebab dari masalah gizi kronis. Jadi, anak kurang makan yang tidak sesuai kebutuhuan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia 2 tahun.

Sayangnya, kondisi ini sering kurang diperhatikan masyarakat pada umumnya. Yang kerap terjadi, orangtua hanya melihat berat badan anaknya, lalu menganggap sudah sehat. Padahal tinggi badan perlu dipantau.

Penyebab lain yang membuat stunting sering dianggap sepele adalah pemikiran bahwa anak pendek karena keturunan ayah ibunya. Padahal, anak pendek adalah permasalahan gizi yang cukup buruk bagi kesehatan anak.

Kenyataan yang mengejutkan, stunting merupakan kejadian yang tidak bisa dikembalikan seperti semula bila sudah terjadi.



Ciri-ciri Stunting:

Untuk mengetahui apakah seorang anak atau remaja mengalami stunting, ciri-cirinya bisa dilihat dari poin-poin berikut ini:


Dari ciri-ciri tersebut, pantas saja waktu itu Bu Dokter sampai menaruh curiga ketika melihat kondisi Kayyisah. Meski ia tidak melihat grafik berat badan Kayyisah yang pernah stuck beberapa bulan, tapi Bu Dokter melihat kondisi tubuh Kayyisah yang berperawakan kecil dibanding anak usia dua tahun pada umumnya.

Sementara bagi saya, kesemua ciri-ciri tersebut jika di-check list, saya akan mencentang semuanya. Kecuali poin menarche yang baru akan dialami Kayyisah saat remaja kelak.


Penyebab Stunting

Tak hanya karena kurang gizi. Beberapa artikel menyebutkan bahwa sebetulnya stunting itu berasal dari serangkaian penyebab yang bermula dari kondisi ibu dari anak itu sendiri.

Jarak kelahiran yang dekat, ibu yang hamil saat remaja, serta ibu hamil yang stres sehingga hormon tidak seimbang, rupanya juga turut menjadi penyebab kemungkinan seorang anak yang dilahirkan kelak akan mengalami stunting.


Sedangkan terkait asupan saat kehamilan dan menyusui, atau saat di mana awal seribu hari pertama bayi sejak dalam kandungan, menjadi penyebab stunting yang penting diperhatikan.

- Asupan ibu selama kehamilan kurang berkualitas sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit. Akhirnya pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut hingga setelah kelahiran.

- Ibu menyusui juga harus tercukupi asupan gizinya karena sumber energi dan protein bayi di usia enam bulan bergantung dari ASI. Jadi, jangan buru-buru diet setelah melahirkan ya.

Jika kondisi sejak awal seribu hari pertama sudah seburuk itu, beberapa kondisi berikut ini yang memperparah stunting pada anak.

- Berat badan bayi saat lahir rendah, yaitu kurang dari 2.500 gr. Menurut Kemenkes RI, berat badan bayi baru lahir yang normal adalah 2.500 – 4.000 gr. Hasil penelitian menyatakan, bayi yang memiliki berat lahir rendah cenderung stuting, memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, dan IQ yang lebih rendah.

- Asupan gizi saat anak di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi, baik dari ASI eksklusif, maupun MPASI (makanan pedamping ASI) yang kurang mengandung gizi berkualitas.

- ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena kandungannya baik untuk tumbuh kembang bayi serta mengandung zat untuk kekebalan tubuh dan perlindungan pada sistem pencernaan.

Baca di sini juga ya tentang A-Z ASI: Seputar ASI yang Perlu Diketahui Para Busui

ASI merupakan sumber protein yang berkualitas baik dan dapat memenuhi ¾ kebutuhan protein bayi usia 6-12 bulan. Selain itu ASI juga mengandung hormon pertumbuhan yang bermanfaat bagi bayi.


- Pemberian MPASI yang tidak higienis, diberikan saat anak belum siap, akan menyebabkan infeksi pada anak karena ASI yang dihentikan sebelum usia 2 tahun menyebabkan anak tidak mendapatkan zat kekebalan yang terkandung dalam ASI.

- Beberapa teori mengatakan, stunting disebabkan kurangnya asupan makanan yang mengandung zink zat besi, serta protein ketika anak usia balita.

- Anak yang tidak imunisasi akan rentan terkena infeksi penyakit. Jika sudah demikian, anak akan mengalami perubahan dalam asupan zat gizi karena mengalami muntah atau tidak nafsu makan sehingga terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi. Saat kebutuhan zat gizi anak tidak terpenuhi, anak akan gagal tumbuh yang mengakibatkan stunting.

- Riwayat kesehatan anak yang sering terserang infeksi sejak usia dini.

- Anak mengalami cacingan sehingga asupan makanan yang diserap tubuh berkurang.

Jika melihat semua penyebab itu, terkadang saya merasa bersalah pada Kayyisah. Saya akui, rupanya bukan karena TB saja yang membuat Kayyisah sampai susah makan hingga kurang gizi. Tapi kondisi asupan gizi selama hamil yang terkadang kurang begitu saya perhatikan membuat Kayyisah melalui seribu hari pertamanya dengan kurang baik.

Ditambah lagi sebelum melahirkan, saya sempat sakit. Akhirnya Kayyisah pun lahir di usia kandungan saya yang persis 36 minggu kurang sehari. Berat badannya pun waktu itu hanya 2,49 kilogram.

Sedangkan saat menyusui Kayyisah, saya juga kurang memerhatikan asupan gizi yang saya konsumsi. Hingga bisa dibilang, ASI yang didapat Kayyisah pun waktu itu kurang maksimal.


Akibat Stunting

Selain fakta bahwa stunting adalah kondisi yang tidak bisa diperbaiki secara total jika sudah terjadi pada anak, akibatnya pun rupanya bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Bisa dibilang, efeknya hingga dewasa.

Pada anak-anak, inilah yang akan terjadi jika seorang anak mengalami stunting.

- Kemampuan kognitifnya lemah dan berkurang 10 persen. Anak yang stunting memiliki IQ lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Ia sulit belajar sebagai akibat dari tidak maksimalnya perkembangan otak anak sehingga memengaruhi kemampuan belajar dan mental.

- Anak menjadi mudah lelah dan tidak lincah dibandingkan anak-anak seusianya.

- Lebih berisiko tinggi terkena penyakit infeksi karena daya tahan tubuh yang rendah.

Sedangkan saat ia dewasa, akibat stunting pun masih terus muncul.

- Lebih berisiko terkena penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, kanker, dan yang lainnya.

- Memiliki tingkat produktifitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja.

- Stunting bisa menurun (degenerative) ke generasi berikutnya.


Cara Mencegah Stunting:

Jadi buat para orangtua yang berencana punya anak, mohon perhatikan beberapa hal berikut ini ya agar stunting tidak terjadi pada anak yang lahir kelak.


Semoga jika makin banyak orangtua atau calon orangtua yang memerhatikan hal tersebut, kondisi stunting pada anak bisa diminimalisir ya kemunculannya.


Pengukuran Tinggi Badan

Mungkin ada yang bertanya-tanya, sebetulnya cara mengukur tinggi badan anak itu bagaimana sih?

Kalau hasil browsing, saya menemukan dua patokan untuk mengukur tinggi badan anak. Nah, yang berikut ini adalah versi WHO tahun 2007.


Untuk kapan pengukuran tinggi badannya juga ada waktu-waktu tertentu. Untuk bayi yang umurnya kurang dari satu tahun, pengukurannya adalah saat lahir, bulan ke-1, 2, 4, 6, 9, dan 12 dari usia bayi.

Sedang saat umur 1-2 tahun, pengukurannya setiap 3 bulan. Nah, saat umur 3-21 tahun adalah setiap 6 bulan.

Ada juga rumus lain untuk pengukuran tinggi badan anak. Bisa dilihat juga sih di kalkulator IDAI.
Rumus Tinggi Potensi Genetik (TPG) anak saat dewasa (tinggi badan akhir):
TPG Anak laki-laki = ((TB ibu cm + 13 cm) + TB ayah cm) : 2 + 8,5 cm
TPG Anak perempuan = ((TB ayah cm – 13 cm) + TB Ibu cm) : 2 + 8,5 cm

Jadi jika kejadiannya seperti Kayyisah, yang jarang diukur tinggi badannya oleh tenaga kesehatan waktu itu, para orangtua terutama ibu-ibu perlu kritis lho! Pokoknya harus ada catatan ukuran tinggi badan anak. Bisa di dokter anak, posyandu, atau diukur sendiri.

Tenaga kesehatan memang memantau tumbuh kembang anak kita. Tapi sifatnya membantu. Para orangtua lah yang seharusnya detail tahu dan mengamati apa yang terjadi pada tumbuh kembang anaknya masing-masing.


Cara Meminimalisir Akibat Stunting

Mungkin dari tadi banyak yang bertanya-tanya, atau bahkan was-was. Lha kalau anakku kok ternyata memang stunting, bagaimana cara mengatasinya? Apa nggak bisa sama sekali diperbaiki?

Sayangnya, sekali lagi memang tidak bisa total diperbaiki. Kalau yang dari saya baca sih, kondisi stunting pada anak hanya bisa diminimalisir akibatnya.

Jadi kalau sudah ketahuan anaknya kok stunting, segera lakukan hal-hal berikut ini.

- Tetap memberikan makanan yang bergizi tinggi, meskipun efek dari stunting tetap saja membuat pertumbuhan anak tidak dapat maksimal hingga ia dewasa.

- Jika ketahuan sejak dini, segera konsultasi ke dokter anak agar cepat teratasi.

Karena begitu besarnya efek stunting yang akan terjadi pada masa depan anak bahkan pada negara, pemerintah pun sampai turun tangan lho untuk menanganinya.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting dari status awal 32,9 persen menjadi 28 persen pada tahun 2019. Untuk pengurangan angka stunting, pemerintah juga telah menetapkan 100 kabupaten prioritas yang akan ditangani di tahap awal dan kemudan 200 kabupaten lainnya.


Lewat BKKBN, pemerintah mengadakan program Kampung KB yang sasarannya adalah pengasuhan orangtua. Eit, jangan dikira kata KB urusannya hanya membuat setiap keluarga hanya punya dua anak saja lho ya!

Kampung KB memiliki layanan teknis mulai dari pos pelayanan terpadu (posyandu), konseling pranikah, hingga pemberdayaan ekonomi keluarga dan pengasuhan orangtua.


Sasaran utama kampung KB adalah penduduk yang tinggal di wilayah miskin, padat penduduk, kurang memiliki akses kesehatan, terpencil, pesisir, kumuh, dan kesertaan ber-KBnya masih rendah.

BKKBN juga mengadakan program Bina Keluarga Balita (BKB) dengan tujuan meningkatkan kemampuan pengasuhan orangtua dan keluarga anak khususnya anak usia di bawah enam tahun termasuk dari dalam kandungan. Program BKB telah dilaksanakan di 80 ribu kelompok BKB di seluruh Indonesia.




Nah, bu ibu, pak bapak, atau siapapun para calon orangtua, fenomena stunting ini perlu diperhatikan ya sebagai suatu wujud cinta keluarga. Karena kasihan efeknya ke masa depan anak.

Bangsa dan negara Indonesia pun juga akan kena efeknya kalau banyak anak yang kena stunting. Jika sudah demikian, mau sampai kapan negara kita bisa maju jika SDM-nya kurang berkualitas karena mengalami stunting?


Bahan tulisan: 
  - https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/stunting-adalah-anak-pendek/
  - https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/tinggi-anak-sesuai-usia/
  - http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kalkulator-tinggi-potensi-genetik
  - https://www.nutriclub.co.id/kategori/balita/kesehatan/pahami-lebih-lengkap-seputar-stunting-pada-balita/
  - https://schoolofparenting.id/apa-itu-stunting-dan-bagaimana-cara-mencegahnya/
  - https://www.guesehat.com/amp/stunting-itu-apa-sih
  - http://m.republika.co.id/amp_version/p7fr0g282
  - https://m.liputan6.com/health/read/3237611/stunting-bisa-bikin-anak-pendek-dan-bodoh
  - http://m.tribunnews.com/amp/kesehatan/2018/01/23/stunting-dan-gizi-buruk-tantangan-mewujudkan-indonesia-emas-2045?page=2
  - http://rsa.ugm.ac.id/2018/01/cegah-stunting-dengan-mewujudkan-kemandirian-keluarga-dalam-1000-hari-pertama-kehidupan-hpk/
  - https://jpp.go.id/humaniora/kesehatan/317631-kampung-kb-upaya-bkkbn-tekan-angka-stunting
  - http://m.tribunnews.com/amp/nasional/2018/05/02/tahun-2018-bkkbn-susun-strategi-untuk-cegah-stunting
  - https://www.bkkbn.go.id/detailpost/mencegah-stunting-dengan-memperbaiki-pola-asuh-dalam-keluarga


Related Posts

16 comments

  1. wah makasih banyak informasinya ini, saya jadi mengerti tentang stunting sekarang

    ReplyDelete
  2. Mba,mau tanya donk..klo anak kurang tidur bs stunting gak ya? Krn anak saya klo tidur malam psti lwt dr jam 11

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau efeknya secara langsung saya kurang tahu ya Mbak. Tapi kalau logikanya gara-gara jam tidur yang seharusnya waktunya tubuh sedang memerbaiki sel-sel di dalamnya, lalu itu tidak terpenuhi, sedangkan anak kecil seharusnya butuh itu untuk tumbuh kembangnya, bisa jadi Mbak. Karena kalau yang saya baca, sebetulnya stunting ini tentang tubuh anak yang kurang nutrisi, atau nutrisi yang masuk ke tubuhnya tidak terserap dengan baik.

      Delete
  3. stunting memang jadi salah satu program Nawacita Pak Jokowi yang harus dituntaskan nih. anak yang sehat tentu berguna bagi perkembangan Indonesia. ayo bantu cegah dan tuntaskan stunting

    ReplyDelete
  4. infonya sangat bermanfaat banget buat aku buat nanti kelak saat berkeluarga. dan juga ada cara-cara untuk meminimalisir stuting, belajar banget nih.. thanks share nya mba

    ReplyDelete
  5. Anak sehat kembali kepada orang tuanya. Banyak anak stunting di daerah saya. Usut punya usut mereka hanya tinggal sama nenek atau saudara

    Ayah tidak ada entah kerja kemana sementara ibunya bekerja jadi TKI ke luar negeri. Jadi anak tidak ada perhatian maksimal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oalah... Ini seharusnya bisa jadi perhatian khusus pihak pemerintah setempat ya Mbak. Nggak nyangka efeknya begini... :(

      Delete
  6. Stunting biasanya terjadi emang krn nutrisi anak kurang baik.
    Btw anak2ku tu tumbuhnya ke atas mbak, sukar ke samping, makannya sih banyak. Alhamdulillah yg penting sehat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... sama Mbak. Tu yang di foto, anakku yang pakai baju jilbab biru. Jangkung sendiri dibanding anak sebayanya. Tapi BBnya ya emang nggak seberapa. Yang penting masih di grafik hijau deh. Dan bener itu Mbak, yang penting sehat... :D

      Delete
  7. Tetangga saya masihbada yang kondisi anak-anaknya stunting,, tapi kata mereka itu normal karena sampai usia dua tahun mereka hanya diberi ASI ekslusif tanpa ada tambahan MPASI stelah anak berusia 6 bulan kasihan, hanya karena prestise orangtua ingin beri ASI ekslusif kebutuhan anak akan gizi terbengkalai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku pernah dikasih tahu dokter anak di sebuah seminar parenting, Mbak. ASI eksklusif emang wajib sampai umur dua tahun. Tapi dari umur setahun sebaiknya dilengkapi dengan susu tambahan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani.

      Delete
  8. Mencegah stunting emang harus sejak dalam kandungan yaaa,,makanya si bumil wajib banget nih penuhi nutrisi selama hamil.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular