Liburan Main ke Sawah untuk Anak Kota yang tidak Terbiasa Hidup di Desa, Ini Dia Tantangannya…

Post a Comment

Liburan Main ke Sawah untuk Anak Kota yang tidak Terbiasa Hidup di Desa, Ini Dia Tantangannya…

Hari Kamis tanggal 30 Juni 2022 lalu, untuk ke dua kalinya anak Kayyisah diajak, atau lebih tepatnya meminta untuk diajak main lagi ke sawah. Memang, sudah sejak beberapa hari sebelumnya, abinya cerita kalau kondisi sawah masih dibiarkan begitu saja usai panen padi. Belum digarap untuk ditanami tanaman baru.

Karena beberapa hari sebelumnya terkadang sering turun hujan deras, sawah pun jadi tergenang air di beberapa tempat. Pengalaman sebelumnya, kondisi ini malah dipakai suami untuk mengajak anak saya bermain di sana.

Jadilah di hari itu, kami berempat pergi ke sawah untuk bermain di sana. Sayangnya, si bungsu yang berusia dua tahun, tidak mau turun sama sekali dari gendongan saya.

Kegiatan pertama yang dilakukan Kayyisah adalah main seluncuran. Sebuah karung plastik yang ada di pinggir sawah, diikat bagian tepinya dengan tali panjang. Cara mainnya, Kayyisah tinggal duduk manis di atas karung, dan abinya menarik di depan sekuat mungkin!

Main seluncuran di sawah dengan menggunakan karung yang ditarik

Kegiatan ke dua adalah berenang di jublang. Jublang ini adalah istilah dalam bahasa Jawa untuk sebuah kolam. Suami mengajak Kayyisah berenang di sana.

Karena anak sulung kami ini belum bisa berenang, suami lalu mengambil gedebok atau batang pisang untuk dijadikan pelampung berenang Kayysah.

Berenang di jublang dengan pelampung gedebok pisang

Kegiatan terakhir, bermain prakarya dari tanaman yang ada, sambil kami menunggu abinya yang sedang mengambili bahan makanan di sekitar sawah.

Waktu itu saya mengajari Kayyisah untuk membuat duit-duitan dari daun pisang. Untuk anak zaman dulu, mungkin mainan ini sudah tidak asing lagi ya.

Dasar anak otak kanan yang sering keluar kreatifitasnya, Kayyisah malah menjadikan duit-duitan tadi sebagai gantungan dengan diberi tali yang masih berasal dari daun pisang.

Kegiatan prakarya ini masih belum selesai. Sampai di rumah mbahnya, Kayyisah diajari tantenya membuat kalung dan gelang dari tangkai daun singkong. Pokoknya mainan a la anak desa memang kreatif banget deh!

Baca juga: Banyak Destinasi Baru Yang Seru, Ini Pilihan Liburan Ramah Anak di Batu dan Malang

 

Tantangan Main a la Anak Desa Buat Anak Kota

Sehari-hari, dari kami berempat, memang hanya suami yang setiap hari selalu bolak-balik antara wilayah desa-kota. Karena memang seluruh pekerjaan suami ada di desa, mulai dari mengajar di MI, TPA, berternak, bertani, hingga mengobati ternak.

Sedangkan saya dan anak-anak hanya melulu tinggal di perumahan yang bisa dibilang ada di kotanya Lamongan. Karena itulah bisa dibilang, saya dan anak-anak ini orang kota. Sangat tidak terbiasa dengan kehidupan atau aktivitas di desa.

Makanya ketika sesekali kami ke desa, ke rumah mertua saya yaitu orang tuanya suami, mbahnya anak-anak, banyak hal yang tidak biasa kami jumpai sehari-hari.

Misalnya saja segala aktivitas yang tadi sudah saya ceritakan. Kalau buat anak desa, ya bisa setiap hari mainnya seperti itu. Tapi buat anak-anak yang terbiasa hidup di kota, jadi hal yang istimewa.

Dari pengalaman kemarin saja, saya menyimpulkan ada beberapa hal yang jadi tantangan anak kota jika bermain di alam pedesaan.

1. Harus berani kotor

Bukannya saya mau bilang kalau hidup di kota serba bersih dan hidup di desa serba kotor lho ya. Tapi yang saya maksud adalah, jika bermain a la kehidupan di desa, apalagi yang namanya main di sawah, anak-anak akan langsung bersentuhan dengan tanah, air kolam yang tidak jernih, atau kondisi becek. Sementara di lingkungan kota, hal-hal tersebut bisa jadi tidak setiap hari ketemu.

Tantangan ini berat banget buat si bungsu kami, Emir. Ni bayi memang setiap harinya banyak di rumah. Kalau keluar rumah, hampir selalu dalam kondisi digendong. Berkali-kali saya dan suami mengajak main di depan rumah, dia jarang mau jalan sendiri pakai sandal.

Si kecil yang sukanya digendong ke mana-mana

Jadi ketika diajak ke sawah kemarin, berkali-kali kami tawari untuk turun dari gendongan. Sesekali dia mau. Tapi beberapa detik kemudian dia menggeleng kuat.

Melihat kakaknya asyik bermain di sawah dan kolam, dia senang. Tapi waktu diajak, dia tidak mau.

Suatu ketika karena saya lelah, saya turunkan dia dari gendongan. Saat menginjak tanah, dia langsung nangis kejer! Lihat badan kakaknya yang kotor kena tanah, basah kena air kolam, lalu tak sengaja menyenggol badannya, dia sudah teriak-teriak protes.

Padahal pernah saat saya ajak dia main ke sebuah tempat makan yang ada kolam ikannya, atau saat ke alun-alun, dia senang lari ke sana sini. Jadi PR saya dan suami, sepertinya memang kami harus lebih sering mengajaknya eksplorasi di alam bebas.

2. Bagian tubuh bersentuhan langsung dengan alam

Saat bermain kemarin, Kayyisah pada awalnya atau selanjutnya terkadang merasakan tidak nyaman pada kakinya. Hihihi, dia jarang jalan keluar rumah tanpa alas kaki. Saat saya ajak jalan-jalan keliling rumah saja, dia memilih pakai sandal jepit.

Tapi saat main di sawah, kalau pakai sandal, ya alamat malah nggak jelas nanti kondisi sandalnya. Akhirnya kemarin sama abinya disuruh jalan tanpa sandal menyusuri pematang sawah. Buat orang yang selalu memakai alas kaki saat keluar rumah, bisa ditebak deh ya bagaimana rasa di telapak kaki.

Anak kecil menginjak tanah berlumpur di sawah

Saat anak bersentuhan langsung dengan alam, sebetulnya sangat bagus untuk merangsang motorik kasar dan halus anak. Hiks, sayangnya ya itu, si kecil kemarin nggak mau sama sekali turun dari gendongan. Dia lebih memilih mengamati hal-hal detail di sekitarnya seperti semut, laba-laba, kupu-kupu, atau warna bunga.

Baca juga: Kegiatan Mengasyikkan Bersama Keluarga di Taman Safari Bogor

3. Harus tahu kondisi aman di alam

Kemarin sempat ada kejadian, Kayyisah hampir tenggelam di kolam. Ceritanya, waktu itu abinya naik ke pohon pepaya yang ada di pinggir kolam untuk memetik sebuah pepaya yang sudah matang pohon. Pepaya itu lalu dijatuhkan ke kolam.

Dengan inisiatifnya, Kayyisah turun ke kolam untuk mengambil. Dia lupa kalau bagian tengah kolam sudah agak dalam.

Waktu saya dan suami ngobrol beberapa detik, eh, ini anak gerak ke tengah kolam dan separuh kepalanya masuk ke dalam. Untungnya abinya yang ada di dekatnya langsung menarik Kayyisah.

Tapi kejadian ini memang pelajaran yang harus diasah buat Kayyisah. Pasalnya, dia memang sering kurang waspada dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Intinya, sepertinya Kayyisah harus sering-sering diajak main ke alam.

Baca juga: Tips Liburan Aman dan Nyaman di Masa Pandemi

 

Kalau di televisi atau media lainnya saya sering menjumpai liputan atau cerita tentang keseruan anak kota main ke desa wisata, nah, itu persis seperti yang dialami Kayyisah kemarin. Sayangnya nggak ada acara naik kerbau di sawah, karena memang zaman sekarang banyak pertanian yang sudah menggunakan traktor untuk membajak sawah.

Asyiknya, kami melakukan semua itu secara gratis. Lha orang main ke sawah mbahnya sendiri. Lumayan banget untuk memberikan pengalaman liburan seru dan mengasyikkan untuk anak-anak.

 

Related Posts

Post a Comment

Popular