Dialah Anakku, Anak Indonesia Sehat yang Pernah Terancam Mengalami Stunting

16 comments

“Berapa tingginya tadi?” tanya Bu Bidan Posyandu ke Bu RW yang sudah mengukur dan mencatat tinggi Kayyisah sebelumnya.

Angka 103 lalu keluar dari jawaban Bu RW. “Tinggi ya anaknya,” komentar Bu Bidan Posyandu.

Aku tersenyum kecil mendengarnya. Ada perasaan lega mendengar kata-kata itu. Karena di balik tinggi badan Kayyisah yang sekarang berusia dua tahun sembilan bulan, ada sebuah masa saat anakku itu pernah dikomentari hampir gagal tumbuh kembang oleh seorang dokter anak.

Dulu sewaktu Kayyisah usia dua tahun dua bulan, saat ia baru ketahuan menderita TB dua bulan sebelumnya, aku dan suami pergi mengantar Kayyisah untuk mengambil obat TB di dokter anak langganan.

Ternyata dokter yang sedang bertugas saat itu bukan dokter yang biasanya. Saat melihat Kayyisah dan setelah tahu berapa usia anakku, ia mengerutkan alis dari balik kaca matanya dan menatap Kayyisah seakan tidak percaya.

“Kecil banget anaknya! Ayo coba, tidurin lagi di atas kasur. Saya mau ukur lagi semuanya,” seru dokter tersebut yang membuat aku bingung bertanya-bertanya dalam hati. Apa yang salah dengan anakku?

Tinggi badan Kayyisah diukur dengan tali meteran. Begitu juga lingkar kepalanya. Jujur, hingga saat itu seumur-umur Kayyisah memang jarang diukur tinggi badan dan lingkar kepalanya. Dokter anak yang biasanya hanya selalu mengukur berat badan. Sedangkan jika ke Posyandu, barulah Kayyisah diukur tinggi badannya dengan tali meteran.

Grafik berat badan Kayyisah yang pernah stuck beberapa bulan

Setelah itu, Bu Dokter menerangkan tentang ukuran berat dan tinggi badan serta lingkar kepala anak yang seharusnya. Berikut efek yang bisa terjadi jika Kayyisah tetap terus dengan kondisi bertubuh kecil.

“Kita kejar ketertinggalan ya sampai umurnya tiga tahun. Kalau sampai lebih dari itu dan tumbuh kembang badannya masih segini-gini saja, ck…” Bu Dokter menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela napas berat, menggantungkan kalimatnya.

“Efeknya bisa ke kecerdasannya, Bu. Kemampuan anaknya nanti,” lanjut bu dokter dan ia pun memintaku untuk memberi makan minum dengan aturan ketat. Berapa dan nutrisi apa saja yang perlu masuk, berapa kali sehari, hingga merek susu tertentu yang khusus untuk menambah nutrisi ke tubuh Kayyisah.

Di kemudian hari, saat melihat iklan Pak Jusuf Kalla beberapa waktu lalu tentang stunting, di situlah aku tersadar apa yang pernah Kayyisah alami. Ya, Kayyisah pernah terlihat stunting dengan tubuh berperawakan lebih mungil dan tinggi badan lebih pendek dari anak-anak seusianya.



Iklan itu makin membuat aku paham, bahwa stunting bukanlah masalah kesehatan pada anak yang tidak bisa dianggap remeh.

Stunting dan Masalah Gizi


Dari beberapa artikel yang aku baca, kata stunting adalah sebutan untuk kondisi anak yang mengalami gangguan pertumbuhan sehingga ia terlihat lebih pendek dibandingkan teman-teman seusianya. Penyebabnya dari masalah gizi kronis, anak yang kurang makan dan tidak sesuai kebutuhuan gizi.

Tak hanya sekedar makan, panduan ISI PIRINGKU ini penting bagi anak. Sumber foto: sehatnegeriku

Sebetulnya keberadaan stunting bisa berawal dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia 2 tahun. Sayangnya, kondisi ini sering kurang diperhatikan masyarakat pada umumnya. Yang kerap terjadi, orang tua hanya melihat berat badan anaknya, lalu menganggap sudah sehat. Padahal tinggi badan perlu dipantau.

Penyebab lain yang membuat stunting sering dianggap sepele adalah pemikiran bahwa anak pendek karena keturunan ayah ibunya. Padahal, anak pendek adalah permasalahan gizi yang cukup buruk bagi kesehatan anak.

Kenyataan yang mengejutkan, stunting merupakan kejadian yang tidak bisa dikembalikan seperti semula bila sudah terjadi.

Yuk Kenali Ciri-ciri Stunting


Untuk mengetahui apakah seorang anak atau remaja mengalami stunting, ciri-cirinya bisa dilihat dari poin-poin berikut ini:


Dari ciri-ciri tersebut, pantas saja waktu itu Bu Dokter sampai menaruh curiga ketika melihat kondisi Kayyisah. Meski ia tidak melihat grafik berat badan Kayyisah yang pernah stuck beberapa bulan, tapi Bu Dokter cukup tahu dari melihat kondisi tubuh Kayyisah yang berperawakan kecil dibanding anak usia dua tahun pada umumnya.

Penyebab Stunting


Tak hanya karena kurang gizi. Beberapa artikel menyebutkan bahwa sebetulnya stunting itu berasal dari serangkaian penyebab yang bermula dari kondisi ibu dari anak itu sendiri.

Jarak kelahiran yang dekat, ibu yang hamil saat remaja, serta ibu hamil yang stres sehingga hormon tidak seimbang, rupanya juga turut menjadi penyebab kemungkinan seorang anak yang dilahirkan kelak akan mengalami stunting.


Sedangkan terkait asupan saat kehamilan dan menyusui, atau saat di mana awal seribu hari pertama bayi sejak dalam kandungan, menjadi penyebab stunting yang penting diperhatikan.

- Asupan ibu selama kehamilan kurang berkualitas sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit. Akhirnya pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut hingga setelah kelahiran.

- Ibu menyusui juga harus tercukupi asupan gizinya karena sumber energi dan protein bayi di usia enam bulan bergantung dari ASI. Jadi, jangan buru-buru diet setelah melahirkan ya.

Jika kondisi sejak awal seribu hari pertama sudah seburuk itu, beberapa kondisi berikut ini yang memperparah stunting pada anak.

- Berat badan bayi saat lahir rendah, yaitu kurang dari 2.500 gr. Menurut Kemenkes RI, berat badan bayi baru lahir yang normal adalah 2.500 – 4.000 gr. Hasil penelitian menyatakan, bayi yang memiliki berat lahir rendah cenderung stuting, memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, dan IQ yang lebih rendah.

- Asupan gizi saat anak di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi, baik dari ASI eksklusif, maupun MPASI (makanan pedamping ASI) yang kurang mengandung gizi berkualitas.

- ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena kandungannya baik untuk tumbuh kembang bayi serta mengandung zat untuk kekebalan tubuh dan perlindungan pada sistem pencernaan.

ASI merupakan sumber protein yang berkualitas baik dan dapat memenuhi ¾ kebutuhan protein bayi usia 6-12 bulan. Selain itu ASI juga mengandung hormon pertumbuhan yang bermanfaat bagi bayi.



- Pemberian MPASI yang tidak higienis, diberikan saat anak belum siap, akan menyebabkan infeksi pada anak karena ASI yang dihentikan sebelum usia 2 tahun menyebabkan anak tidak mendapatkan zat kekebalan yang terkandung dalam ASI.

- Beberapa teori mengatakan, stunting disebabkan kurangnya asupan makanan yang mengandung zink zat besi, serta protein ketika anak usia balita.

- Anak yang tidak imunisasi akan rentan terkena infeksi penyakit. Jika sudah demikian, anak akan mengalami perubahan dalam asupan zat gizi karena mengalami muntah atau tidak nafsu makan sehingga terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi. Saat kebutuhan zat gizi anak tidak terpenuhi, anak akan gagal tumbuh yang mengakibatkan stunting.

- Riwayat kesehatan anak yang sering terserang infeksi sejak usia dini.

- Anak mengalami cacingan sehingga asupan makanan yang diserap tubuh berkurang.

Jika melihat semua penyebab itu, terkadang aku merasa bersalah pada Kayyisah. Aku akui, rupanya bukan karena TB saja yang membuat Kayyisah sampai susah makan hingga kurang gizi. Tapi kondisi asupan gizi selama hamil yang terkadang kurang begitu kuperhatikan membuat Kayyisah melalui seribu hari pertamanya dengan kurang baik.

Ditambah lagi sebelum melahirkan, aku sempat sakit. Akhirnya Kayyisah pun lahir di usia kandungan yang persis 36 minggu kurang sehari. Berat badannya pun waktu itu hanya 2,49 kilogram.

Sedangkan saat menyusui Kayyisah, aku juga kurang memerhatikan asupan gizi yang kukonsumsi. Hingga bisa dibilang, ASI yang didapat Kayyisah pun waktu itu kurang maksimal.

Ini Akibat Jangka Panjang dari Stunting


Selain fakta bahwa stunting adalah kondisi yang tidak bisa diperbaiki secara total jika sudah terjadi pada anak, akibatnya pun rupanya bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Bisa dibilang, efeknya hingga dewasa.

Pada anak-anak, inilah yang akan terjadi jika seorang anak mengalami stunting.

- Kemampuan kognitifnya lemah dan berkurang 10 persen. Anak yang stunting memiliki IQ lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Ia sulit belajar sebagai akibat dari tidak maksimalnya perkembangan otak anak sehingga memengaruhi kemampuan belajar dan mental.

- Anak menjadi mudah lelah dan tidak lincah dibandingkan anak-anak seusianya.

- Lebih berisiko tinggi terkena penyakit infeksi karena daya tahan tubuh yang rendah.

Sedangkan saat ia dewasa, akibat stunting pun masih terus muncul.

- Lebih berisiko terkena penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, kanker, dan yang lainnya.

- Memiliki tingkat produktifitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja.

- Stunting bisa menurun (degenerative) ke generasi berikutnya.

Lantas Bagaimana Cara Mencegah Stunting?


Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. (Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moelok)

Sebetulnya mencegah stunting tidak hanya berawal dari sejak anak lahir. Bahkan menurut Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, dr Kirana Pritasari, semuanya itu berawal dari saat seorang wanita masih remaja atau sebelum ia menjadi ibu. Caranya dengan perbaikan pola makan.

Hal itu berlanjut hingga seorang wanita menjadi seorang ibu, saat hamil, memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan, dan pemberian makanan bergizi seimbang terutama bagi anak usia dua tahun.

Menurut dr Kirana, kunci patokannya seorang anak saat lahir berat badannya tidak kurang dari 2500 gram dengan panjang tidak kurang dari 48 cm. Karena itu pantas saja ya, seorang ibu hamil harus rutin periksa ke tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter kandungan untuk mengontrol kondisi janin yang sedang dikandungnya, yaitu dengan pemeriksaan USG.


Semoga jika makin banyak orang tua atau calon orang tua yang memerhatikan hal tersebut, kondisi stunting pada anak bisa diminimalisir ya kemunculannya.

Pengukuran Tinggi Badan


Mungkin ada yang bertanya-tanya, sebetulnya cara mengukur tinggi badan anak itu bagaimana sih?

Kalau hasil browsing, aku menemukan dua patokan untuk mengukur tinggi badan anak. Nah, yang berikut ini adalah versi WHO tahun 2007.


Untuk kapan pengukuran tinggi badannya juga ada waktu-waktu tertentu. Untuk bayi yang umurnya kurang dari satu tahun, pengukurannya adalah saat lahir, bulan ke-1, 2, 4, 6, 9, dan 12 dari usia bayi.

Sedang saat umur 1-2 tahun, pengukurannya setiap 3 bulan. Nah, di saat umur 3 sampai 21 tahun waktunya adalah setiap 6 bulan.

Ada juga rumus lain untuk pengukuran tinggi badan anak. Bisa dilihat juga sih di kalkulator IDAI.
Rumus Tinggi Potensi Genetik (TPG) anak saat dewasa (tinggi badan akhir):
TPG Anak laki-laki = ((TB ibu cm + 13 cm) + TB ayah cm) : 2 + 8,5 cm
TPG Anak perempuan = ((TB ayah cm – 13 cm) + TB Ibu cm) : 2 + 8,5 cm

Jadi jika kejadiannya seperti Kayyisah, yang jarang diukur tinggi badannya oleh tenaga kesehatan waktu itu, para orang tua terutama ibu-ibu perlu kritis lho! Pokoknya harus ada catatan ukuran tinggi badan anak. Bisa di dokter anak, posyandu, atau diukur sendiri.

Tenaga kesehatan memang memantau tumbuh kembang anak kita. Tapi sifatnya membantu. Para orangtua lah yang seharusnya tahu dengan detail dan mengamati apa yang terjadi pada tumbuh kembang anaknya masing-masing.

Ketika Anak Terlanjur Terlihat Stunting


Mungkin dari tadi banyak yang bertanya-tanya, atau bahkan was-was. Lha kalau anakku kok ternyata memang stunting, bagaimana cara mengatasinya? Apa nggak bisa sama sekali diperbaiki?

Sayangnya, sekali lagi memang tidak bisa total diperbaiki. Kalau yang aku baca dari beberapa artikel, kondisi stunting pada anak hanya bisa diminimalisir akibatnya.

Jadi kalau sudah ketahuan anaknya kok stunting, segera lakukan hal-hal berikut ini.

- Tetap memberikan makanan yang bergizi tinggi, meskipun efek dari stunting tetap saja membuat pertumbuhan anak tidak dapat maksimal hingga ia dewasa.

- Jika ketahuan sejak dini, segera konsultasi ke dokter anak agar cepat teratasi.

Karena begitu besarnya efek stunting yang akan terjadi pada masa depan anak bahkan pada negara, pemerintah pun sampai turun tangan lho untuk menanganinya.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting dari status awal 32,9 persen menjadi 28 persen pada tahun 2019. Untuk pengurangan angka stunting, pemerintah juga telah menetapkan 100 kabupaten prioritas yang akan ditangani di tahap awal dan kemudan 200 kabupaten lainnya.

Nah, bu ibu, pak bapak, atau siapapun para calon orangtua, fenomena stunting ini perlu diperhatikan ya sebagai walah satu wujud cinta keluarga. Karena kasihan efeknya ke masa depan anak.

Bangsa dan negara Indonesia pun juga akan kena efeknya kalau banyak anak yang kena stunting. Yuk jadi orang tua yang ikut mensukseskan pencegahan stunting. Karena anak yang sehat dan Indonesia sehat menjadi bekal masa depan Indonesia yang cerah.


Bahan tulisan dan foto:
- http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/topik/rilis-media/
-  https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/stunting-adalah-anak-pendek/
-  https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/tinggi-anak-sesuai-usia/
-  http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kalkulator-tinggi-potensi-genetik
- https://www.nutriclub.co.id/kategori/balita/kesehatan/pahami-lebih-lengkap-seputar-stunting-pada-balita/
-  https://schoolofparenting.id/apa-itu-stunting-dan-bagaimana-cara-mencegahnya/
-  https://www.guesehat.com/amp/stunting-itu-apa-sih
-  http://m.republika.co.id/amp_version/p7fr0g282
- https://m.liputan6.com/health/read/3237611/stunting-bisa-bikin-anak-pendek-dan-bodoh
- http://m.tribunnews.com/amp/kesehatan/2018/01/23/stunting-dan-gizi-buruk-tantangan-mewujudkan-indonesia-emas-2045?page=2
-  http://rsa.ugm.ac.id/2018/01/cegah-stunting-dengan-mewujudkan-kemandirian-keluarga-dalam-1000-hari-pertama-kehidupan-hpk/
-  https://jpp.go.id/humaniora/kesehatan/317631-kampung-kb-upaya-bkkbn-tekan-angka-stunting
- http://m.tribunnews.com/amp/nasional/2018/05/02/tahun-2018-bkkbn-susun-strategi-untuk-cegah-stunting
-  https://www.bkkbn.go.id/detailpost/mencegah-stunting-dengan-memperbaiki-pola-asuh-dalam-keluarga
- http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/topik/foto/




Related Posts

16 comments

  1. Wkwkwk... Jadi kesindir nih, aku biasanya buru2 diet kalau habis melahirkan. Baik itu pas anak pertama maupun kedua ini. Maunya cepet balik ke BB semula.

    ReplyDelete
  2. Bener banget mba, kita harus lebih aware lagi masalah stunting ini, apalagi aku yang lagi hamil ini penting banget info seperti ini, makasih mba infonya

    ReplyDelete
  3. Informasinya lengkap banget mba trims. Aku jd tau lebih banyak tentang stunting sampai pencegahannya

    ReplyDelete
  4. Kayak anakku yang pertama ini kasusnya, kecil dan kurus karena ga mau makan. Pas asmanya kambuh trus ke dokter, dibilangnya takut kena TB, sampe tes mantoux dll. Dan dokternya minta kalau bulan depan berat badannya harus naik, adeuh bingung akupun soalnya anaknya susah makannya.

    ReplyDelete
  5. Oh gitu Bun. Anak aku Erysha aja 2 tahun 7 bulan tingginya 83 cm lho, termasuk mungil dibandingkan anak-anak yang lainnya. Tapi, dia ga stunting. Kenapa? Soalnya mkannya bener gizi seimbang. Trus kurang tingginya dari mana? Dari Ayah Bundanyalah yang mungil juga wkwkwjjw

    ReplyDelete
  6. Baca komentar dokternya kenapa aku jadi agak gmana gitu ya? Hehhe. Mungkin maksudnya baik untuk meminta ortu untuk perhatikan perkembangan anak. Stunting nih dulu dianggap biasa aja tapi teryata efeknya setelah banyak yang disosialisasikan bikin banyak yang melek bahwa ini harus dicegah ya

    ReplyDelete
  7. aku dulu ga paham blas mbak kenapa kok anak harus diukur tinggi berat gt gt. toh yg penting sehat.. eh ternyata pertumbuhan itu juga penting yaa

    ReplyDelete
  8. Lengkap sekali ulasannya Mbak..Memang kita semua mesti peduli dengan masalah stunting ini ya..dan terutama tumbuh kembang anak Indonesia secara umumnya. Karena kalau sampai ada masalah di tumbuh kembangnya bagaimana mereka siap menjadi generasi penerus yang mumpuni nanti...

    ReplyDelete
  9. sekarang giat ya mba menginformasikan stunting dulu sepertinya minim info terkait kondisi stunting, btw aku juga dulu paling kecil dan pendek dibanding seusiaku tapi sepertinya bukan stunting karena alhamdulilah aku juara mba juara merakit senyuman ibuku hahaha..

    Semoga info stunting ini lebih banyak diketahui dan tidak dianggap sepele :)

    ReplyDelete
  10. Kok Kayyis tinggi banget ya Bu.
    103
    Khalid cm 93 :(

    Khalid lulus ASI
    Makan oke.
    Tp kok badannya masih kecik nonek ya.
    Wkwkwkkw

    Smoga dg perbaikan pola makan tinggi khalid semakin baik.
    Aamiin

    ReplyDelete
  11. Pipi anak saya termasuk mungil
    tapi tingginya masuk ukuran normal
    dulu waktu bayi sempat kena pneumonia
    tapi alhamdulillah sejak vaksin PVC ga kambuh lagi
    cuma memang karena bnyak minum susu ngemil jadi susah makan
    tapi sejak sekolah makannya udah lumayan apalagi klu jam istirahat saya sengaja menyuapkan dia makan siang

    ReplyDelete
  12. stunting ini jadi masalah bersama namun banyaknya orangtua itu gakmau kalau dibilang anaknya stunting. aku sempat melihat sendiri seorang ibu prote karena anknya dibilangstunting karena merasa anaknya mau makan dan aktif, tapi berat badan dan tumbuh kembangnya belum sesuai dengan usianya menurut pihak dinas kesehatan.

    ReplyDelete
  13. ASI Eksklusif penting banget nih supaya bayi gak kena stunting ya. Yuk ah cuss deh jangan males kasih ASI.

    ReplyDelete
  14. Anak2ku dulu termasuk yg bermasalah di tumbangnya mbak. Yg satu BBLR satu lagi anemia. Jd tiap posyandu dah stress duluan haha. Sampai akhirnya nemu dokter yg komunikatif. Abak2 jg dah mau makan segala. Skrng jdnya tumbuh ke atas, tapi susah tumbuh nyamping. Udahlah yg penting sehat #curcol :D

    ReplyDelete
  15. Beruntungnya ketemu dokter yang begitu tanggap dan peduli dengan pasiennya.

    Jadi pelajaran saya juga nih biar nggak abai dengan tanda-tanda stunting.

    ReplyDelete
  16. Paling sebel sih denger orang bilang "kok anaknya kecil banget sih?" Ini infonya lengkap banget, apalagi memang stunting ini menjadi masalah yang cukup menyita perhatian di Indonesia.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular