Mengajak Anak Wisata Sejarah-Religi ke Masjid Agung Lamongan

Post a Comment
Sebetulnya tulisan ini rencananya saya buat setelah ngikutin anak yang sekolahnya di SD Muhammadiyah Lamongan dan waktu itu sedang mengadakan wisata sejarah-religi ke Masjid Agung. Ndilalah, pas saya sampai Alun-alun Lamongan, kegiatannya sudah bubar! Hehehe...
Akhirnya saya ajak anaknya balik ke Masjid Agung. Saya minta dia cerita ulang, apa saja keterangan yang tadi dia sempat dengar.
Jadi sebetulnya kegiatan ini sendiri diadakan sebagai himbauan dari Pemerintah Daerah Lamongan agar tiap sekolah mengadakan kegiatan di luar kelas ke salah satu situs sejarah di Kota Lamongan. Kegiatan ini dalam rangka Hari Jadi Kota Lamongan yang ke-454.
Sebetulnya kalau untuk di Lamongannya sendiri, maksudnya di kotanya, ada beberapa tempat yang masuk dalam kategori situs bersejarah. Salah satunya adalah Masjid Agung Lamongan.
Masjid yang sering disebut masyarakat sebagai Masjid Jami' ini berdiri pada tahun 1908. Pendirinya adalah Kiai Mastur Asnawi. Sedangkan tanah tempat masjid ini berdiri adalah wakaf dari seorang pengusaha asal Bojonegoro benama Mbah Kiai Mahmoed.
Sebetulnya kalau disebut wisata sejarah, saya sendiri merasa masih ada kurangnya. Karena di masjid ini selain ada situs bersejarah, juga ada benda yang memiliki nilai religi fenomenal.
Masjid Agung Lamongan sendiri buat saya adalah tempat yang sejak kecil biasa saya datangi. Pasalnya saat kecil, saya tinggal di Tumenggungan, sebuah kelurahan yang lokasinya hanya beberapa ratus meter ke utara dari Masjid Agung.
Terutama saat Ramadan, hampir tiap Subuh saya jalan kaki bolak-balik ke masjid ini. Tapi meski sejak kecil akrab dengan masjid ini, saya awam lho dengan situs sejarah yang ada di masjid ini. Saya berpikirnya itu hanya dongeng buatan saja. Eh, ternyata memang bagian dari sejarah!
Masjid Agung Lamongan memiliki beberapa objek yang diiduga Cagar Budaya dan Objek Cagar Budaya yang masih tetap ada dan tetap dilestarikan. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Dua buah sumur yang letaknya di dalam masjid, dekat dengan tempat wudlu jamaah putra dan putri
2. Ruang utama yang terdiri dari dua cungkup. Untuk saat ini, Masjid jati pertama berada di ruang tengah
3. Komplek makam KH. Mahmud dan KH. Mastur Asnawi.
4. Keberadaan mimbar ceramah
5. Menara yang dibangun oleh KH. Mastur Asnawi tahun 1970-an

Yang Bisa Dipelajari Anak Saat ke Masjid Agung Lamongan

Nah, apa saja yang bisa dipelajari anak-anak di Masjid Agung Lamongan, ini dia hasil cerita anak saya yang saya kombinasi dengan beberapa keterangan yang ada.
1. Gentong dan batu pasujudan
Konon, dua benda ini adalah hadiah dari Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi dari Kerajaan Kediri. Mereka datang ke Lamongan sebagai mempelai perempuan dengan membawa hadiah tersebut untuk
Kedatangan mereka ke Lamongan saat itu untuk melamar Panji Laras dan Panji Liris, yang merupakan putra dari Adipati Lamongan.
2. Alquran besar
Al-Qur'an ini merupakan karya dari Ustaz Rusdi Aliuddin, pengasuh Madrasah Diniyah Nurul Iman, Desa Sidorejo, Kecamatan Deket. Ukurannya adalah 240 x 155 sentimeter dan dengan tebal 17 cm itu memiliki berat sekitar 350 kg. Untuk melindunginya, mushaf Al-Qur'an raksasa itu disimpan dalam kotak kaca.
Menariknya, Al Quran ini dibaca setiap hari setiap lembar oleh pegawai Masjid Agung Lamongan. Dan konon Al Quran tersebut terbesar di dunia, loh!
3. Bedug
Bedug ini dibuat tahun 1932. Sayangnya, tidak ada catatan sejarah lain tentang keberadaan bedug ini.
4. Makam
Ada sebuah ruangan makam di bagian sayap utara dari masjid. Di dalamnya ada makam Kiai Mahmoed yang mewakafan tanah untuk masjid , Kiai Mastur Asnawi dan satu lagi makam kosong yang awalnya  untuk mendiang istri Kiai Mahmoed.
5. Pojok baca
Pojok baca ini berada di area antara bedug dan Al quran raksasa. Ada sebuah lemari buku dan dua kursi untuk duduk. Sayangnya, tidak ada buku anak di dalam lemari buku tersebut.

6. Sikap terhadap situs sejarah
Yang menarik dari apa saja yang disampaikan anak saya, ia masih mengingat sikap seperti apa yang harus dilakukan pada benda bersejarah. Katanya, kita tidak boleh asal memegang benda.

Itu dia beberapa hal yang bisa dipelajari terutama anak saya dan teman-temannya waktu itu saat ke Masjid Agung Lamongan.

Related Posts

Post a Comment

Popular