Karena Siapapun Anak Indonesia Berhak Setara Semartabat

14 comments


Lima belas menit telah berlalu. Dan gadis kecil yang saya kenali sebagai anak down syndrome atau DS itu pun masih menarikan tari yang berjudul Angguk Kulonprogo, di atas panggung acara Temu Anak Peduli Pusparagam Anak Indonesia di Surabaya pada tanggal 22 Juli 2018 lalu. Lagi, kali ini saya kembali kagum dengan kehebatan anak DS.

Dulu sewaktu memegang sebuah penitipan anak, saya memiliki seorang murid cilik yang mengalami DS. Meski memililki kelemahan dibanding anak-anak seusianya, namun ada catatan dalam benak saya, ia mempunyai kelebihan pada kekuatan untuk mau kuat berusaha.

Tak hanya kembali menyaksikan keistimewaan kemampuan anak DS, di acara yang diadakan oleh Program Peduli itu pun saya menyaksikan anak-anak hebat lain dari berbagai provinsi di Indonesia dengan mental dan mimpi yang tak kalah hebatnya. Mereka berkumpul untuk memeringati Hari Anak Nasional di Kota Pahlawan pada tanggal 20 hingga 22 Juli 2018.

Misalnya Reyhan asal Bulukumba Sulawesi Selatan. Dengan runut, lancar, dan penuh semangat, ia yang tergabung dalam kelas kewirausahaan memaparkan mimpinya yang suatu saat ingin memiliki sebuah perusahaan mobil sendiri.

Istimewanya dari cita-cita Reyhan ini, ia dengan detail sampai mengatakan jika nanti produk mobilnya akan seperti apa, tenaga kerjanya dari mana dan kriterianya apa, serta sebesar apa jangkauan perusahaannya kelak.

Dalam acara yang diadakan selama tiga hari untuk memeringati Hari Anak Nasional tersebut, Reyhan dan kawan-kawannya usia 9 hingga 18 tahun melakukan berbagai kegiatan seperti belajar, bermain, berkarya, serta bertukar pikiran mengenai berbagai tema kebangsaan.

Nah, tema kebangsaan inilah yang kemudian membagi ratusan anak tersebut ke dalam beberapa kelompok atau yang disebut kelas. Ada kelas gotong royong, literasi, kekerasan dan perundungan, toleransi, kepemimpinan, dan kewirausahaan.

Untuk pembagian kelas juga memertimbangkan faktor usia anak. Misalnya, anak yang ada di kelas literasi rata-rata berusia sekolah dasar. Mereka tentunya tidak dimasukkan ke kelas kekerasan dan perundungan karena bahasannya yang lebih pas untuk anak usia di atasnya.

Dalam acara Temu Anak, tiap kelas akhirnya diminta untuk mewujudan hasil diskusi mereka dalam berbagai karya. Ada yang bentuk poster, miniatur taman bermain yang memiliki wall climbing, hingga drama.

Hasil pemikiran anak-anak dari beberapa kelas yang ada di kegiatan Temu Anak

Satu-satunya pertunjukan drama kemarin ditunjukkan oleh Kelas Kekerasan dan Perundungan yang mendapatkan perhatian dari peserta dan tamu undangan kegiatan Temu Anak.

Drama tersebut menceritakan tentang seorang anak bernama Yance yang mendapat perundungan dari teman-temannya di sekolah, mulai dari bentuk ucapan hingga kekerasan fisik. Masalah ini akhirnya bisa diselesaikan ketika ibunya Yance mendatangi pihak sekolah dan meminta peran guru untuk turut membantu menyelesaikan masalah yang dialami anaknya.

Sedangkan untuk karya lain yang terlihat unik dan juga menyita perhatian kegiatan Temu Anak kemarin adalah produk dari kelas gotong royong. Mereka memamerkan miniatur wall climbing yang ternyata di balik itu memiliki sebuah kisah unik.

Jadi, ada 28 anak di kelas gotong royong yang mendapat stik es krim dan lalu diminta untuk membuat taman impian. Mereka pun merasa kesulitan.

Lantas pihak pendamping mengajak mereka bermain simulasi mengangkat botol dengan kain selebar satu meter. Makin banyak anak yang mengangkat kain, ternyata membuat botol tersebut mudah diangkat dengan kain.

Simulasi itulah yang membuat mereka sadar bahwa untuk membuat taman impian, mereka harus mewujudkannya secara bersama-sama dan tidak bisa sendiria.

Seorang anak sedang dibantu oleh pendampingnya untuk memersiapkan miniatur taman impian

Peserta Pusparagam Anak Indonesia ini pun juga berpartisipasi dalam puncak perayaan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2018 di Kebun Raya Purwodadi Jawa Timur. Acara ini dihadiri Presiden Jokowi yang menyaksikan Taman Impian berupa karya seni hasil dari Temu Anak Peduli.

Di acara tersebut, peserta Pusparagam Anak Indonesia memimpin sekitar tiga ribu anak dari seluruh Indonesia untuk flashmob pada puncak perayaan. Kegiatan ini sebagai wadah bagi anak-anak untuk bereskpresi.

Menurut Elmi Septiana asal Desa Pamongkong Kecamatan Kerowaru Lombok Timur, ia merasa senang sekali bisa bertemu dengan teman-temannya dari luar daerah dan juga bisa saling berbagi.

“Ini pertama kalinya saya ikut kegiatan Hari Anak Nasional,” tutur gadis berusia 16 tahun yang menjadi salah satu perwakilan anak yang berdialog dengan Presiden Jokowi.

Dalam teorinya, anak memang usia dari seorang warga negara yang sedang berproses. Kualitas hidup di masa anak-anak lah yang akan menjadi dasar seperti apa kualitas hidup di masa mendatang. Karena itu, masa depan dari sebuah negara bisa dilihat dari bagaiana kondisi anak-anaknya. Untuk itu anak-anak sebetulnya adalah aset negara yang perlu dijaga, dibina, dan ditingkatkan kualitas hidupnya agar dapat bertumbuh kembang dengan maksimal.

Anak Indonesia siapapun itu memiliki hak kesamaan. Anak-anak di kegiatan Temu Anak pun memaparkan apa yang dimaksud dengan hak kesamaan.

Tapi kenyataannya, ada berbagai tantangan dalam proses tumbuh kembang anak untuk bisa ke arah yang positif. Masalah-masalah seperti pengasuhan yang tidak memadai atau kondisi miskin dan jauh dari akses fasilitas umum yang layak menjadi penyebab keberadaan masalah anak yang tidak memiliki identitas resmi.

Kondisi ekonomi yang serba kekurangan misalnya, bisa membuat anak menjadi rentan terjebak dalam kegiatan ekonomi yang malah mengeskploitasinya. Di beberapa tempat di Indonesia, seperti yang terkadang kita ketahui dari pemberitaan media, masih ada fenomena pernikahan usia dini yang dijadikan sebagai solusi keluarga untuk mengurangi beban ekonomi.

Untuk itulah hadir Program Peduli yang dbentuk oleh pemerintah Indonesia dengan fokus bekerja untuk melindungi dan mendorong pemenuhan hak-hak anak dan remaja yang dalam kondisi rentan. Ibu Erna Irnawati, Program Officer Program Peduli untuk Pilar Remaja dan Anak-anak Rentan pun menjelaskan lebih tentang apa dan bagaimana ruang gerak Program Peduli.

“Program Peduli fokus bekerja untuk anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual komersial, anak-anak yang berhadapan dengan hukum, dan anak-anak pekerja migran,” terang Ibu Erna.

Lebih lanjut menurutnya, Program Peduli lantas melihat di tengah keterbatasan dan kondisinya, anak-anak ini ternyata mampu bangkit serta menggapai mimpinya ketika mereka bisa mendapatkan akses, dukungan yang tepat, hingga terciptanya ruang aman bagi anak-anak tersebut.

“Mereka juga punya mimpi dan dapat mewujudkan cita-citanya serta berkontribusi untuk pembangunan Indonesia,” cetus Ibu Erna.

Program ini sendiri bertujuan meningkatkan inklusi sosial bagi enam kelompok yang paling terpinggirkan di Indonesia, yang kurang mendapatkan akses layanan pemerintah dan program perlindungan sosial.

Enam kelompok tersebut antara lain remaja dan anak-anak rentan, masyarakat adat dan lokal terpencil yang tergantung pada sumber daya alam, korban diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan berbasis agama, orang dengan disabilitas, korban pelanggaran hak asasi manusia dan restorasi sosial, serta transpuan.

Hingga kini Program Peduli bekerja sama dengan sembilan organiasi mitra payung di tingkat nasional dan 69 organisasi masyarakat sipil di 75 kota atau kabupaten yang tersebar di 21 provinsi di Indonesia. Informasi lebih lanjut mengenai Program Peduli dapat diakses di www.programpeduli.org.

Bapak Odi Shalahuddin yang merupakan Direktur Yayasan Sekretariat Anak Merdeka Indonesia (SAMIN) pun mengungkapkan, kegiatan Temu Anak ini menarik karena memertemukan anak-anak marginal yang selama ini terabaikan. Dan, mereka pun berkumpul untuk membicarakan kebangsaan.

“Suara sebagai aspirasi mereka patut diperhatikan dan didengar oleh berbagai pihak,” imbuh Bapak Odi.

Anak pun punya hak rekreasi lho.

**
Meski sudah beberapa hari berlalu, namun saat saya menuliskan laporan ini, sayup-sayup seperti masih terdengar bagaimana gegap gempita semangatnya anak-anak dalam kegiatan Temu Anak.

Mulai dari yel-yel Semangat, atau yel-yel lain seperti ini, “Siapa kita? Aku anak Indonesia. Apa mau kita? Setara semartabat. Apa yag kita lakukan? Semangat, semangat, semangat.”

Dan satu lagi yang saya suka dari kegiatan Temu Anak tersebut adalah flash mob lagu Raihlah Mimpi yang berasal dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KPPPA RI).

Cuplikan liriknya seperti ini, “Berlari-larilah kawan mengejar mimpi. Melompat-lompatlah kawan gapai prestasi. Tunjukkan ke dunia, kita anak-anak Indonesia.”

Secara total lirik lagu Raihlah Mimpi ini memang sangat memotivasi dan memberi semangat untuk anak-anak Indonesia, siapapun itu, punya hak setara dan semartabat dalam mewujudkan mimpi dan cita-cita masa depannya.


Related Posts

14 comments

  1. Seluruh anak Indonesia itu martabatnya sama baik ds ataupun anak normal, semua membutuhkan perhatian yang sama baik dari keluarga maupun pemerintah. Selamat hari anak Indonesia 😊😊

    ReplyDelete
  2. anak-anak hebat ya,,,, yang mampu bangkit dan berdamai dengan keadaannya. Semoga anak2 Indonesia terlindungi dalam setiap langkahnya meraih mimpi. Aamiin,,, makasih sharingnya mbak

    ReplyDelete
  3. Bener banget ini soal pemerataan dan meperhatikan hak hak anak. Tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Setuju sama program pedulinya.

    ReplyDelete
  4. ya Allah mbak... aku sepanjang acara dalam hati nangis lho... ngelihat mereka ketawa senyum pas lihat drama bully itu.. mereka pernah merasa seperti itu tapi mereka bisa tetep tersenyum

    ReplyDelete
  5. Subhanalloh luar biasa sekali anak-anaknya. Reyhan luar biasa bisa menjelaskan cita-citanya sampai sedetail itu.
    Keren sekali acaranya, Mbak.

    ReplyDelete
  6. Setuju! Semoga setiap anak Indonesia mendapatkan hak yang setara dan bisa berbahagia

    ReplyDelete
  7. Aku kok sukaaaa banget dengan lirik lagunya ya? Sangat menginspirasi anak-anak untuk percaya dengan mimpinya walau bagaimanapun kondisi mereka saat ini

    ReplyDelete
  8. Semua anak Indonesia memiliki hak yang sama, baik pendidikan, kehidupan. Karena di tangan merekalah nantinya masa depan bangsa ini.

    ReplyDelete
  9. Suka kagum deh kalau bisa melihat anak DS punya kebisaan dengan anak normal. Masya Allah yg mengurusnya ya. Setuju banget dengan kalimat, seluruh anak indonesia mempunyai martabat dan hak yang sama, mau itu anak kondisi normal atau tidak.

    ReplyDelete
  10. Dukungan pemerintah memang sangat diperlukan agar anak2 hebat bisa berprestasi meskipun punya kekurangan.

    ReplyDelete
  11. Sangat menginspirasi, semoga anak2 selalu mendapat haknya untuk selalu bahagia dan ceria

    ReplyDelete
  12. Wah mantab... saya juga makin bangga sma anak DS.. semoga berguna bagi nusa dan bangsa...

    ReplyDelete
  13. Anak Indonesia memang pantas mendapatkan haknya apapun kondisinya.

    ReplyDelete
  14. Semoga anak DS tetap semangat belajar dan berkarya ya mbak. Dan makin banyak bantuan moril maupun materil utk anak DS. Salut sama kesabaran para pembimbing anak DS ini

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular