Pidada, Si Asam Segar dari Hutan Mangrove yang Bisa Jadi Berbagai Olahan Makanan

3 comments


Siapapun yang berasal dari luar Kalimantan Selatan lalu sempat singgah atau menetap di sana, pasti terkesan dengan berbagai aneka bahan makanan asal alam yang begitu melimpah. Apalagi saat menjumpai berbagai makanan dari hutan berupa buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya.

Pengalaman itu yang saya dapatkan saat beberapa tahun lalu pernah tinggal dua tahun di Kalsel. Segala aneka buah yang kebanyakan dari hutan Kalimantan, menjadi pengalaman kuliner istimewa saya di sana.

Salah satunya adalah perkenalan saya dengan buah yang disebut rambai oleh orang Kalsel. Buah berwarna hijau dengan bagian bawah yang menyerupai bentuk kelopak bunga ini saya temui pertama kali saat sedang main ke Pasar Terapung yang ada di Siring Banjarmasin.

Buah yang orang Indonesia kenal dengan sebutan Pedada atau Pidada ini memiliki rasa yang begitu asam namun segar. Pikir saya waktu itu, ini pasti kalau dibuat es sirup rasanya akan sangat enak.

Pertemuan saya dengan buah Pidada di kemudian hari adalah saat sedang melakukan kegiatan susur sungai di sekitaran Banjarmasin. Begitu banyak pohon Pidada yang bercampur dengan tanaman bakau di tepian sungai.

Hutan mangrove yang banyak pohon pidada di tepian sungai di Kalimantan Selatan

Saat itu saya pun baru tahu, jika Pidada ini sangat disuka Bekantan. Bahkan konon katanya, Bekantan bisa tahu mana buah Pidada yang matang dan belum. Hanya buah yang sudah matang saja yang akan dimakan oleh Bekantan.

Sekilas, buah Pidada memang sulit dibedakan mana yang sudah matang atau belum. Ukuran buah yang sudah besar pun tidak menjamin buah ini berarti sudah matang. Karena, warna buahnya antara yang matang dengan yang masih mentah sulit dibedakan.

Buah Pidada yang sudah matang memiliki sedikit rasa manis dengan tetap mayoritas rasa asam yang segar. Sedangkan jika buah Pidada masih mentah, rasa asam segarnya tidak begitu terasa.


Asam Namun Kaya Kandungan Gizi


Penasaran dengan Pidada, saya pun akhirnya sempat mencari-cari di internet informasi tentang buah ini. Rupanya, Pidada memiliki banyak kandungan gizi di dalamnya.


Berdasarkan hasil laboratorium, buah Pidada bisa mengandung energi 110 kkal tiap 100 gramnya, abu sebesar 1,42 persen, protein sebesar 2,12 persen, lemak sebesar 1,83 persen, dan karbohidrat sebesar 22,4 persen.

Tak hanya itu, dalam 100 gram Pidada segar juga bisa mengandung vitamin B1 sebesar 5,04 mg, Vitamin B2 7,65 mg, dan Vitamin C sebesar 56,74 mg. Dengan besarnya kandungan Vitamin C dalam buah Pidada, tak heran juga buah ini mengandung antioksidan yang cukup tinggi.

 Berbagai Olahan Makanan dari Pidada


Jika saya menebak buah Pidada hanya mungkin dijadikan sirup, rupanya saya kurang benar. Karena nyatanya, buah Pidada begitu populer di beberapa daerah di Indonesia. Selain di Kalimantan Selatan, tempat lain di Indonesia yang menjadikan buah Pidada sebagai bahan olahan makanan adalah di Bengkulu atau Bekasi.

Hasil olahan pangan dari buah Pidada pun banyak macamnya. Tak hanya sirup. Pidada juga bisa diolah menjadi dodol, selai, dan kerupuk di beberapa daerah di Indonesia. Bahkan ada juga yang menjadikan Pidada sebagai tepung yang mengandung protein lebih tinggi jika dibandingkan tepung tapioka dan tepung ubi.

Jadi jika selama ini buah Pidada hanya sebagai makanan hewan seperti Bekantan dan beberapa jenis kera lainnya, atau makanan kambing, nyatanya kandungan vitamin yang tinggi pada buah Pidada juga bisa menjadikan buah ini perlu menjadi sumber makanan kaya antioksidan.

Tak hanya itu, rasa buah pidada yang meski begitu asam namun segar, bisa menjadi bahan olahan makanan yang beraneka ragam.

Sehingga sebagai negara yang banyak memiliki wilayah pantai atau sungai, kita ternyata punya alasan lain untuk tetap menjaga keberadaan dan kelestarian hutan mangrove. Tidak hanya sebagai langkah menghindari erosi dan abrasi, melainkan juga untuk tetap menjaga keberadaan hutan sumber pangan bagi manusia.



Hal ini sejalan dengan gerakan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau WALHI yang mendorong upaya-upaya penyelematan dan pemulihan lingkungan hidup di Indonesia.

Related Posts

3 comments

  1. Saya juga pernah tinggal di Kalsel, cuma 2 bulan karena transmigrasi. Tidak betah dan pulang. Jadi belum sempat kemana-mana karena dulu saya masih kanak-kanak

    ReplyDelete
  2. Unik banget sih buah pidada ini semoga bisa makin dikenal luas ya

    ReplyDelete
  3. Sepertinya saya belum pernah makan buah pidada ini. Hmm jadi penasaran sama buah ini dan produk-produk olahannya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular